Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara asing yang melakukan pertemuan puncak di Berlin, Jerman kemarin sepakat mendukung gencatan senjata di Libya.
Tapi, pertemuan itu dibayangi blokade ladang minyak oleh pasukan yang setia kepada komandan Khalifa Haftar yang dapat melumpuhkan produksi minyak mentah negara tersebut.
Haftar, komandan Tentara Nasional Libya (LNA) yang menguasai Ibu Kota Tripoli dengan dukungan dari Mesir, Uni Emirat Arab serta tentara bayaran Rusia dan pasukan Afrika, menghadiri pertemuan di Ibu Kota Jerman tersebut meski gagal membahas soal gencatan senjata pekan lalu.
Turki telah mengirim pasukan ke Tripoli ditambah para pejuang yang didukung Turki dari Suriah, untuk membantu pemerintah Perdana Menteri Fayez al-Serraj yang diakui secara internasional dalam menghadapi serangan Haftar.
Meskipun keadaan sudah tenang karena tak ada serangan udara dan pertempuran mereda selama 10 hari terakhir, namun baku tembak artileri terdengar dari beberapa garis depan selatan Tripoli pada Minggu (19/1/2020) malam, menurut penduduk setempat.
Libya tidak memiliki otoritas pusat yang stabil sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan oleh pemberontak yang didukung NATO pada 2011.
Baca Juga
Selama lebih dari lima tahun, Libya memiliki dua pemerintahan yang saling bersaing, di timur dan barat. Sedangkan jalan-jalan dikontrol oleh kelompok-kelompok bersenjata.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada wartawan bahwa KTT Berlin, yang dihadiri oleh pendukung utama faksi-faksi Libya, sepakat bahwa gencatan senjata sementara di Tripoli selama seminggu terakhir harus diubah menjadi gencatan senjata permanen untuk memungkinkan proses politik berlangsung.
Sebuah komite khusus yang terdiri dari lima pejabat militer dari masing-masing pihak akan memantau gencatan senjata, katanya.
Kekuatan asing yang aktif di Libya telah berkomitmen untuk menegakkan embargo senjata AS yang ada dan menghentikan pengiriman senjata di sana.
Serraj dan Haftar tidak bertemu di Berlin, kata Merkel, menyoroti jurang pemisah antara keduanya.
"Kami tahu bahwa kami belum menyelesaikan semua masalah Libya hari ini tetapi kami bertujuan untuk momentum baru," katanya seperti dikutip Reuters, Senin (20/1/2020).
Haftar, figur paling kuat di timur, mendapat dukungan dari berbagai sekutu asing atas serangan untuk menguasai Tripoli di barat. Sementara itu, dukungan Turki untuk upaya Tripoli mengusirnya telah mengubah konflik menjadi perang proksi.
Lebih dari 150.000 orang terlantar akibat pertempuran memperebutkan ibukota.