Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat pada hari Senin (13/1/2020) mencabut label manipulator mata uang bagi China, dengan mengatakan negara tersebut telah membuat "komitmen yang dapat ditegakkan" untuk tidak mendevaluasi yuan dan telah sepakat untuk mempublikasikan informasi nilai tukar.
Dilansir dari Bloomberg, perubahan sikap AS ini diuraikan dalam laporan pertukaran valuta asing Departemen Keuangan AS ke Kongres, yang dirilis dua hari sebelum AS dan China akan menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama di Washington.
Dokumen tersebut tidak mencantumkan mitra dagang utama AS di antara 20 negara yang dimonitornya untuk kemungkinan manipulasi. Swiss ditambahkan ke daftar pemantauan, sementara China, Jepang, Korea, Jerman, Italia, Irlandia, Singapura, Malaysia, Vietnam tetap ada.
Baca Juga
"China telah membuat komitmen yang dapat ditegakkan untuk menahan diri dari devaluasi kompetitif, sambil mempromosikan transparansi dan akuntabilitas," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin, seperti dikutip Bloomberg.
Komitmen China dibuat sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase pertama, menurut laporan setebal 45 halaman tersebut. Kedua negara telah bernegosiasi sejak label manipulator disematkan kepada China pada 5 Agustus 2019, sebagai tanggapan atas "langkah konkret Beijing untuk mendevaluasi mata uangnya."
Penunjukan sebagai manipulator mata uang datang tanpa tindakan langsung tetapi dapat mengguncang pasar keuangan. Kebijakan mata uang telah muncul sebagai alat terbaru Trump untuk menulis ulang peraturan perdagangan global yang disebut merugikan bisnis dan konsumen AS.