Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendikbud : Jangan Pernah Remehkan Guru & Kepala Sekolah

Menanggapi ketimpangan kesiapan antarsekolah menyelenggarakan USBN, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim angkat bicara.
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim di Gedung Kemendikbud pada Senin (23/12/2019)./Bisnis.com-Ria Theresia Situmorang
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim di Gedung Kemendikbud pada Senin (23/12/2019)./Bisnis.com-Ria Theresia Situmorang

Bisnis.com, JAKARTA – Menanggapi ketimpangan kesiapan antarsekolah menyelenggarakan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) yang tidak hanya berdasarkan soal pilihan berganda namun lebih mencakup karya tulis hingga portofolio untuk tes kelulusan tahun 2020, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim akhirnya angkat bicara. 

"Lho, poinnya bukan itu. Poinnya bagi yang (sekolahnya) merasa sudah siap, dia bisa maju saja dulu. Kalau merasa siap, mereka ingin berinovasi dengan cara penilaian mereka, silakan. Masing-masing sekolah menentukan sudah siap atau tidak. Kita (Kemendikbud) coba tahun ini," ujar Nadiem di Jakarta pada Senin (23/12/2019).

Nadiem melanjutkan stigma perubahan kebijakan ini memiliki risiko yang besar adalah keliru karena bertahan dengan standar pilihan berganda untuk tes kelulusan hanya akan memperlambat kemajuan belajar siswa. 

"Regulasinya jelas, pokoknya ditentukan oleh sekolah. Bukan berarti nggak ber-standard, ya. Kita ini sudah ada standar kurikulum 2013, standar kompetensi kelulusan yang ditentukan pusat. Itu kompetensi dasar, kompetensi inti sudah tertera," ujarnya. 

"Yang dibebaskan adalah untuk mengambil itu kompetensi dan menciptakan soal-soal dan sistem penilaian lainnya untuk mengevaluasi kompetensi itu," sambungnya. 

Kebanyakan orang tua, lanjut Nadiem, merasa takut dengan kompetensi sekolah karena ketidakpercayaan pada penilaian guru dan kepala sekolah yang dianggap Nadiem sangat menyedihkan. 

"Kalau Anda takut, saya punya jawabannya, jangan pernah meremehkan guru dan kepala sekolah. Tugas mereka luar biasa sulitnya. Saya saja mungkin nggak bisa jadi guru karena begitu kompleks tugasnya," ujarnya. 

"Mau kompetensi (guru) tinggi apa rendah ini adalah proses yang harus dilakukan untuk semua guru. Tidak ada risiko. Ini malah proses yang wajib dilakukan," tambahnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper