Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia: Utang Negara Berkembang Pecahkan Rekor Tetinggi

Jika gelombang itu pecah maka dampaknya akan lebih buruk lagi karena akan menghantam perusahaan-perusahaan swasta selain pemerintah. Paa saat yang sama pertumbuhan ekonomi lamban, menurut laporan terbaru yang mencakup empat lonjakan utang dari tahun 1970 hingga 2018.
Logo Bank Dunia./Reuters-Johannes P. Christo
Logo Bank Dunia./Reuters-Johannes P. Christo

Bisnis.com, JAKARTA – Gelombang utang negara berkembang mencatat rekor tercepat dan terbesar dalam lima dekade terakhir sehingga bisa berakhir dengan krisis, menurut laporan Bank Dunia.

Jika gelombang itu pecah maka dampaknya akan lebih buruk lagi karena akan menghantam perusahaan-perusahaan swasta selain pemerintah. Paa saat yang sama pertumbuhan ekonomi lamban, menurut laporan terbaru yang mencakup empat lonjakan utang dari tahun 1970 hingga 2018.

“Ukuran, kecepatan, dan luasnya gelombang utang terbaru harus menjadi perhatian kita semua,” kata Presiden Bank Dunia, David Malpass dalam sebuah pernyataan seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (20/12). Karena itu, bank tersebut menyebutkan sudah waktunya kondisi itu diperbaiki.

Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah mengeluarkan peringatan tentang pertumbuhan utang global selama bertahun-tahun, tetapi laporan terakhir lebih tajam. Karena itu lembaga tersebut meningkatkan intensitas seruannya bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah krisis utang.

Direktur Utama IMF Kristalina Georgieva mengatakan negara-negara berkembang terutama di Afrika perlu mencapai keseimbangan yang tepat antara pengembangan pembiayaan dan tingkat utang yang dapat dikelola.

IMF melaporkan bahwa total utang global naik menjadi US$188 triliun pada akhir 2018 atau setara dengan hampir 230 persen ekonomi dunia.

Laporan Bank Dunia menyoroti lonjakan utang “yang mencolok” di negara-negara baru tumbuh dan berkembang (EMDE). “Utang mereka merupakan yang terbesar, tercepat, dan paling luas dalam 50 tahun terakhir.”

Setelah menurun selama krisis keuangan global 2008, di tengah biaya pinjaman yang sangat rendah dalam delapan tahun sejak 2010, utang negara-negara terseut naik ke level tertinggi hingga sekitar 170 persen dari PDB atau sekitar US$55 triliun.

Sedangkan sebagian besar pertumbuhan utang terjadi di China (setara dengan lebih dari US$20 triliun), tetapi Beijing juga telah menjadi pemberi pinjaman besar bagi negara-negara berpenghasilan rendah.

Laporan itu juga memperingatkan bahwa gelombang utang saat ini bisa mengikuti pola historis dan berujung pada krisis keuangan di negara-negara berkambang terutama jika suku bunga melonjak atau jika ada goncangan global yang tiba-tiba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper