Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat mendesak para pemimpin politik Lebanon untuk segera membentuk pemerintahan baru menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri.
Hariri mundur setelah 13 hari massa melakukan protes dan menuntut pengunduran diri seluruh elite politik negara itu.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan para pemimpin politik Lebanon harus segera memfasilitasi pembentukan pemerintahan baru yang dapat membangun Lebanon yang stabil, makmur, dan aman, serta responsif terhadap kebutuhan warganya.
"Demonstrasi damai dan ekspresi persatuan nasional selama 13 hari terakhir telah mengirim pesan yang jelas. Rakyat Lebanon menginginkan pemerintahan yang efisien dan efektif, reformasi ekonomi, dan mengakhiri korupsi endemik," katanya melalui pernyataan tertulisnya, dikutip dari laman resmi Departemen Luar Negeri AS, Rabu (30/10/2019).
"Setiap kekerasan atau tindakan provokatif harus dihentikan dan kami menyerukan tentara dan pihak keamanan Lebanon untuk terus memastikan hak dan keamanan para pengunjuk rasa," lanjutnya.
Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri pada Selasa (29/10) untuk memuaskan salah satu tuntutan utama gerakan protes negara itu.
Masyarakat kecewa dengan meningkatnya perilaku korupsi, layanan publik yang buruk dan bertahun-tahun salah urus ekonomi.
"Kami telah mencapai jalan buntu dan kami perlu kejutan untuk berani melalui krisis," kata Hariri dalam pernyataan yang disiarkan televisi dari Ibu Kota, Beirut seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (30/10/2019).
Pidatonya disampaikan setelah sekelompok orang yang setia pada gerakan Amal Hizbullah Syiah menyerang dan menghancurkan kamp pemrotes yang didirikan oleh demonstran anti-pemerintah di Beirut.
Krisis dua minggu telah melumpuhkan Lebanon, menutup bank, sekolah, dan beberapa bisnis. Akan tetapi bank sentral telah menyediakan likuiditas yang diperlukan untuk membayar gaji pekerja sektor publik, termasuk anggota pasukan keamanan.