Bisnis.com, JAKARTA - China membuang 200,7 juta meter kubik sampah ke laut pada 2018, naik 27 persen dari angka yang tercatat pada tahun sebelumnya.
Kementerian Lingkungan dan Ekologi China mengungkapkan jumlah tersebut sekaligus menjadi rekor tertinggi setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
"Saat ini, ada sejumlah masalah terkait lingkungan ekologis perairan, di mana beberapa wilayah tidak menunjukkan perhatian yang seharusnya dan minimnya inisiatif yang kuat serta dedikasi," papar Deputi Direktur Departemen Kelautan Kementerian Lingkungan dan Ekologi China Huo Chuanlin dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (29/10/2019).
Dia mengungkapkan, seperti dilansir Reuters, sebagian besar sampah dibuang di delta Sungai Yangtze dan Sungai Pearl. Dua sungai ini berada di zona industri utama di pesisir timur China.
China menemukan rata-rata 24 kilogram (kg) sampah terapung di 1.000 meter persegi permukaan laut pada 2018. Dari jumlah itu, 88,7 persen di antaranya adalah plastik.
Plastik juga mendominasi sampah yang ditemukan di bawah permukaan laut, termasuk di dasar laut.
Baca Juga
Meski demikian, Huo menyatakan secara keseluruhan, kondisi perairan China menunjukkan perbaikan dan negara itu tidak bisa disalahkan dalam krisis polusi laut global.
"China adalah produsen dan eksportir terbesar produk plastik, menyumbang sekitar 30 persen dari total global, tapi tidak berarti China adalah negara yang paling berkontribusi terhadap polusi plastik di laut," sebutnya.
Beijing telah mengalokasikan dana hingga 7 miliar yuan [Rp13,91 triliun, kurs tengah Bank Indonesia Rp1.987,155 per yuan] untuk membersihkan sampah di Teluk Bohai pada tahun ini. Teluk tersebut merupakan salah satu perairan paling sibuk dan terpolusi di Negeri Panda.
China juga berencana melarang pengembangan di 30 persen perairannya dalam upaya melaksanakan skema ekologis nasional.