Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG Yakini Hujan Buatan Sukses Digelar di Sebagian Kalimantan Tengah

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan menyatakan hujan terjadi 5 hari terakhir di sebagian besar wilayah Kotawaringin Timur.
Hujan buatan/Antara-Ilustrasi
Hujan buatan/Antara-Ilustrasi

Bisnis.com, SAMPIT - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kotawaringin Timur dan sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dalam sepekan terakhir, diyakini merupakan hasil modifikasi cuaca atau hujan buatan.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan menyatakan hujan terjadi 5 hari terakhir di sebagian besar wilayah Kotawaringin Timur.

"Hujan yang terjadi di sebagian wilayah Kalteng merupakan kontribusi dari hujan buatan yang dilakukan di Palangka Raya," katanya di Sampit seperti dikutip Antara, Selasa (8/10/2019).

Dia menjelaskan informasi yang diterimanya pada Minggu (6/10/2019) siang dan sore, tim modifikasi cuaca di Palangka Raya kembali melakukan upaya pemicuan hujan buatan. Dua kali operasi itu dilakukan penyemaian garam di awan masing-masing 800 kg.

Saat ini, masa peralihan ditandai atmosfer yang mulai basah sehingga dengan sedikit penyemaian garam maka sudah bisa membentuk awan hujan yang signifikan. Hasilnya, hujan turun dengan deras dan dalam waktu cukup lama.

Kondisi itu sangat berbeda ketika terjadi puncak kemarau pada September lalu. Saat itu tim modifikasi cuaca menyemai tiga ton garam, tetapi tingkat keberhasilannya sangat kecil karena atmosfer cukup kering sehingga sulit terjadi pembentukan awan yang akan disemai menjadi hujan.

"Curah hujan dua hari lalu 50 milimeter. Tadi malam di Sampit di atas 100 milimeter, termasuk hujan ekstrem yang cukup mampu memadamkan kebakaran lahan yang ada. Pagi kemarin 108,4 milimeter. Pantauan laporan bahwa hujan yang terjadi terasa asin. Makanya ini diyakini imbas modifikasi cuaca," kata Nur Setiawan.

Dia memperkirakan, kawasan utara Kotawaringin Timur mulai memasuki musim hujan pada 10 Oktober 2019. Satu minggu terakhir tren titik panas menurun sangat signifikan dan kualitas udara terus membaik.

"Potensi kawasan selatan perlu diwaspadai karena kekeringan masih signifikan. Kebakaran diperkirakan belum padam 100 persen. Potensi kebakaran saat ini masuk kategori masih mudah terbakar di wilayah Selatan," kata Nur Setiawan.

Dia mengatakan, jumlah titik panas selama kebakaran hutan dan lahan ini sebanyak 4.864 titik. Sebaran titik panas terbanyak ada di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan dan Seranau.

Pada puncak kemarau terjadi antara akhir Agustus hingga September lalu jumlah titik panas naik signifikan sampai 4.000 titik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper