Bisnis.com, JAKARTA - Perlambatan ekonomi China semakin nyata selama bulan lalu dengan pertumbuhan produksi industri terlemah dalam 17,5 tahun akibat perang dagang dengan Amerika Serikat dan pelemahan permintaan domestik.
Penjualan ritel dan indeks investasi juga memburuk, menurut data pemerintah. Hal itu memperkuat pandangan bahwa China kemungkinan akan memotong suku bunga utama minggu ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun guna mencegah penurunan aktivitas yang lebih tajam lagi.
Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dengan kondisi itu sangat sulit bagi ekonomi China untuk tumbuh pada angka 6 persen. Kondisi itu disebutnya menghadapi "tekanan yang makin kuat” seperti dikutip Asiaone.com, Selasa (17/9/2019).
Meski banyak langkah-langkah untuk meningkatkan pertumbuhan sejak tahun lalu, namun ekonomi terbesar kedua di dunia itu belum stabil. Para analis mengatakan Beijing perlu meluncurkan lebih banyak stimulus untuk menangkal perlambatan yang lebih tajam.
Pertumbuhan output industri secara tak terduga melemah menjadi 4,4 persen pada bulan lalu dari periode yang sama tahun sebelumnya. Angka itu mrnunjukkan laju paling lambat sejak Februari 2002 atau merosot dari 4,8 persen pada Juli tahun 2019.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan angkanya menjadi 5,2 persen.
Baca Juga
Sementara itu, para pedagang mengharapkan penurunan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) bank sentral pada hari ini. Kebijakan itu akan membuka jalan bagi penurunan suku bunga acuan pinjaman baru pada minggu ini.