Bisnis.com, JAKARTA - Wina menempati posisi teratas pada Global Liveability Index dari Economist Intelligence Unit 2019. Penghargaan tersebut semakin memperkuat reputasi Wina sebagai kota paling menyenangkan di dunia. Tahun lalu posisi tersebut dipegang oleh Melbourne.
Wina, ibu kota Austria yang menarik perhatian para wisatawan karena musik klasik dan sejarah kekaisarannya, juga memiliki ruang hijau yang berlimpah dan layanan publik yang sangat baik.
Wina dan Melbourne telah bersaing dalam survei EIU selama bertahun-tahun. Namun demikian, Wina juga secara teratur menduduki peringkat teratas kota-kota dengan kualitas hidup terbaik yang disusun oleh perusahaan konsultan Mercer.
Kesenjangan antara dua kota - dari 0,7 poin dari 100, dengan Wina mencetak 99,1 - tidak berubah dalam peringkat 2019, seperti juga kota-kota yang masuk 10 besar, meskipun Sydney menutup pada saingan lamanya.
"Sydney telah meningkat dari peringkat kelima menjadi ketiga, berkat peningkatan dalam skor budaya dan lingkungannya, yang mencerminkan peningkatan fokus dalam memerangi dan memitigasi dampak perubahan iklim, sebagaimana diuraikan oleh strategi kota 'Sydney Berkelanjutan 2030'," kata EIU, seperti dilansir Reuters, Rabu (4/9/2019).
Osaka, Jepang berada di urutan keempat, diikuti oleh tiga kota di Kanada, yakni Calgary, Vancouver dan Toronto. Kopenhagen dan Adelaide di Australia Selatan melengkapi 10 besar.
Baca Juga
Indeks EIU memeringkat kota berdasarkan lima kriteria utama. Stabilitas dan budaya & lingkungan adalah dua kategori paling penting, dengan bobot rata-rata 25% dari total. Kesehatan dan infrastruktur 20%, dan pendidikan dengan bobot 10%.
"Paris di Prancis adalah kota dengan peringkat tertinggi yang mengalami penurunan dalam skor stabilitasnya, karena protes anti-pemerintah Gilets Jaunes yang dimulai pada akhir 2018," kata EIU tentang gerakan anti-pemerintah Prancis.
Paris merosot enam tempat ke peringkat 25, dari 19 pada tahun lalu.
Skor budaya dan lingkungan berkurang untuk banyak kota di negara-negara miskin yang paling terkena dampak perubahan iklim, termasuk New Delhi dan Kairo karena kualitas udara yang buruk.
Damaskus di Suriah yang dilanda perang tetap menjadi kota dengan peringkat terburuk, di bawah Lagos di Nigeria dan ibukota Bangladesh, Dhaka, yang bertukar tempat.