Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah korban tewas akibat serangan udara yang dilancarkan koalisi pimpinan Arab Saudi di sebuah penjara di Yaman bagian barat daya bertambah menjadi sedikitnya 100 orang.
Simak kondisi para korban dari reportase Aljazeera yang dipublikasikan melalui akun Youtube, Al Jazeera English di atas.
Franz Rauchenstein, Kepala delegasi Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Yaman, menggambarkan banyaknya jasad korban yang dikeluarkan dari penjara tersebut.
“Jasad-jasad korban masih ditarik dari puing-puing di penjara di Dhamar,” tutur Rauchenstein kepada Reuters pada Minggu (1/9/2019) setelah mengunjungi tempat kejadian.
Seperti diberitakan, pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi gerakan pemberontak Houthi mengebom sebuah penjara di wilayah tersebut pada Minggu (1/9/2019).
Koalisi, yang telah memerangi gerakan Houthi di Yaman selama lebih dari empat tahun, menyatakan serangan itu telah mengenai sebuah lokasi yang menyimpan drone dan rudal-rudal.
Sementara itu, para pejabat dan warga Houthi mengatakan serangan udara itu menargetkan kompleks yang digunakan sebagai pusat penahanan di kota Dhamar.
Menurut Yusuf al-Hadri, juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, sebanyak 185 tahanan perang ditahan secara keseluruhan di Dhamar Community College.
Nazem Saleh, salah seorang yang ditahan di fasilitas itu, mengisahkan sedang tertidur ketika tiba-tiba terdengar beberapa serangan sekitar tengah malam.
“Ada sekitar 100 orang di lantai dasar dan kira-kira 150 orang di lantai atas,” paparnya, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam mengatakan melalui sebuah unggahan di Twitter bahwa korban tewas mencapai 50 orang dan lebih dari 100 lainnya terluka.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi Pemerintah Saudi, pihak koalisi mengatakan telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran militer Houthi di Dhamar dan menghancurkan sebuah situs yang menyimpan drone dan rudal.
Langkah-langkah macam itu disebut ditujukan untuk melindungi warga sipil di Dhamar. Namun , kelompok-kelompok hak asasi manusia justru mengecam tindakan koalisi yang didukung oleh negara Barat ini karena mengakibatkan banyaknya warga sipil yang tewas.