Bisnis.com, JAKARTA – Sejak dibukanya hubungan diplomatik pada 1968, Indonesia dan Kuwait telah menjalin kerja sama di berbagai bidang. Meskipun demikian, kerja sama yang dijalin saat ini dirasa masih dapat lebih dioptimalkan. Untuk membahas lebih lanjut mengenai strategi penguatan kerja sama, Bisnis berkesempatan mewawancarai Duta Besar RI untuk Kuwait Tri Tharyat. Berikut kutipannya:
Bagaimana perkembangan hubungan bilateral Indonesia-Kuwait sejauh ini? Apa saja milestone penting bagi hubungan kedua negara?
Selama 51 tahun hubungan diplomatik, Indonesia dan Kuwait memiliki hubungan baik dan saling dukung. Bukti nyata terbaru mengenai hal ini adalah kerja sama dalam kerangka pelaksanaan mandat sebagai anggota tidak tetap DK PBB, yaitu Kuwait untuk periode 2018—2019, dan Indonesia untuk periode 2019—2020.
Selain itu, kunjungan tingkat leaders sering kali menjadi milestone hubungan bilateral. Bagi kedua negara, salah satu milestone adalah kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Kuwait pada 29—30 April 2006, dan kunjungan PM Kuwait H.H. Sheikh Nasser Al Mohammad Al Ahmed Al Sabah ke Indonesia pada 30—31 Mei 2007.
Kunjungan tersebut menghasilkan 5 perjanjian penting, salah satunya Agreement on Economic and Technical Cooperation yang mendasari mekanisme kerja sama bilateral. Semua ini merupakan modalitas penting untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama bilateral, yang benar-benar memanfaatkan secara maksimal potensi kedua negara.
Apa yang menjadi prioritas dan target Anda sebagai Duta Besar RI untuk Kuwait?
Dalam jangka pendek, penting untuk kick start berjalannya mekanisme kerja sama bilateral melalui pertemuan joint ministerial commission pada tingkat menteri luar negeri [JMC]. Insyaallah pertemuan perdana JMC akan dilaksanakan di Kuwait pada 31 Agustus—1 September 2019. Mekanisme bilateral ini tidak hanya memfasilitasi penyelesaian pending matters, tetapi juga penyempurnaan ways and means kerja sama bilateral.
Untuk jangka menengah, kedua negara perlu lebih meningkatkan pemanfaatan potensi trade, tourism, and investment (TTI), serta kerja sama untuk pelaksanaan proyek pembangunan nasional. Kami juga akan mempersiapkan mekanisme kerja sama B-to-B dan G-to-G yang lebih kuat. Target jangka menengah ini penting untuk mendorong capaian target jangka panjang.
Sementara itu, untuk jangka panjang, engagement bilateral perlu dibawa ke tingkat leaders guna mendorong komitmen peningkatan kerja sama bilateral yang lebih besar di sektor prioritas.
Ketika ditunjuk sebagai dubes, adakah tugas khusus yang diamanatkan pemerintah kepada Anda? Apakah isu mengenai perekonomian menjadi isu yang paling ditekankan?
Mewakili kepentingan Indonesia di Kuwait, peran dubes tentunya fokus pada pengembangan hubungan dan kerja sama bilateral yang selama ini terjalin dengan baik. Khusus di bidang ekonomi, kedua negara perlu lebih meningkatkan komunikasi untuk menghilangkan, atau setidaknya secara bertahap mengurangi isu penghalang yang menghambat berkembangnya hubungan perdagangan dan investasi.
Saat ini, sektor minyak dan infrastruktur Indonesia masih menjadi sektor terbaik investasi untuk ditawarkan kepada Kuwait. Untuk perdagangan, komoditas ekspor Indonesia ke Kuwait seperti kopi, produk makanan dan minuman, tekstil dan produk pakaian terutama modest fashion serta furnitur masih bisa ditingkatkan.
Selain itu, Indonesia dan Kuwait dapat menjajaki kerja sama pengembangan hortikultura di Kuwait, yang merupakan bagian dari program pembangunan nasional Visi 2035.