Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raksasa Media AS, CBS dan Viacom Merger

Raksasa media Amerika Serikat, CBS dan Viacom, mengumumkan merger perusahaan dalam upaya untuk memperkuat posisi mereka sebagai penyedia layanan televisi kabel, di tengah gempuran berbagai platform streaming seperti Netflix dan Amazon Prime.

Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa media Amerika Serikat, CBS dan Viacom, mengumumkan merger perusahaan dalam upaya untuk memperkuat posisi mereka sebagai penyedia layanan televisi kabel, di tengah gempuran berbagai platform streaming seperti Netflix dan Amazon Prime.

Kesepakatan tersebut, akan menyatukan kembali kedua perusahaan yang sebelumnya terpisah lebih dari satu dekade dan menciptakan perusahaan baru senilai US$30 miliar.

Merger antara CBS dan Viacom berarti menggabungkan beberapa program televisi populer seperti MTV, Nickelodeon, dan Comedy Central. Tak hanya itu saja, hal ini juga berarti menyatukan dua jaringan siaran, TV Paramount dan Showtime.

Kesepakatan itu menandai kemenangan Shari Redstone, President National Amusements – perusahaan induk keluarga Redstone yang membawahi CBS dan Viacom – yang diperkirakan bakal menempati posisi ketua dewan direksi di perusahaan baru gabungan CBS dan Viacom.

“Saya sangat senang melihat dua perusahaan besar ini bersatu sehingga mereka dapat menyadari kekuatan luar biasa dari aset gabungan mereka. Ayah saya pernah berkata bahwa konten adalah raja, dan itu adalah sesuatu yang nyata hari ini,” katanya seperti dikutip The Guardian, Rabu (14/8/2019).

Namun demikian, dibandingkan dengan Disney yang belum lama ini membeli aset dari 21st Century Fox dan akan segera meluncurkan layanan Disney+ atau Netflix yang telah memliki 151 juta pelanggan globa, CBSViacom masih merupakan pemain yang relatif kecil.

Namun demikian, perusahaan gabungan tersebut diharapkan dapat menikmati pengaruh yang lebih besar terhadap konsumen layanan televisi kabel.

“Dalam pandangan saya, ini merupakan ambisi manajemen untuk masa depan. Mereka bersama-sama mempertahankan ambisi untuk mencapai 25 juta pelanggan pada 2022 dan jika mereka memiliki tujuan yang lebih besar lagi, maka mereka mungkin perlu terus menyatukan aset-aset lain,” kata Michael Nathanson, seorang Analyst dari MoffetNathanson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Syaiful Millah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper