Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

'Tegukan Terakhir' si Taipan Kopi India VG Siddhartha Sebelum Tewas

Sekitar 36 jam setelah dilaporkan hilang, konglomerat kopi India V.G. Siddhartha akhirnya ditemukan dalam keadaan tewas. Ia diduga bunuh diri karena merasa tertekan.

Bisnis.com, JAKARTA – Sekitar 36 jam setelah dilaporkan hilang, konglomerat kopi India V.G. Siddhartha akhirnya ditemukan dalam keadaan tewas. Ia diduga bunuh diri karena merasa tertekan.

Pihak berwenang India, pada Rabu (31/7/2019), membenarkan telah menemukan jasad Siddharta meskipun tak menggambarkan kondisinya saat ditemukan. Pendiri jaringan kedai kopi India Cafe Coffee Day (CCD) itu sebelumnya dilaporkan hilang sejak Senin (29/7/2019) malam.

Siddharta terakhir kali terlihat oleh sopirnya di dekat sungai Netravati tak jauh dari kota Mangaluru, India selatan. Kepada si sopir yang mengantarnya, taipan berusia lebih dari separuh abad itu mengatakan ingin berjalan-jalan sendiri. Namun ia tak kunjung kembali ke mobilnya.

Media setempat ramai berspekulasi bahwa Siddhartha menghadapi tekanan terkait utang. Pada Selasa (30/7/2019), Coffee Day Enterprises Ltd., perusahaan yang didirikan Siddhartha, merilis sebuah surat yang terkesan ditulis olehnya untuk para dewan direksi dan karyawan perusahaan.

Surat tertanggal 27 Juli yang bertuliskan namanya itu menyebutkan soal "menyerah pada situasi" karena tekanan-tekanan dari bank, mitra perusahaan, dan otoritas pajak.

“Saya benar-benar sudah berjuang, tetapi hari ini saya menyerah,” menurut surat tersebut yang dilansir oleh Bloomberg.

Si penulis mengungkapkan tidak sanggup lagi menerima tekanan dari salah satu mitra perusahaan swasta mengenai pembelian saham kembali. Ia juga menyalahkan otoritas pajak dan tekanan dari bank-bank atas terjadinya "krisis likuiditas yang serius".

Bisnis Kopi Keluarga

Lahir di distrik Chikkamagaluru, Karnataka, India, VG Siddhartha berasal dari keluarga yang telah berkecimpung dalam bisnis perkebunan kopi selama sekitar 140 tahun.

Dia terkenal dengan kiprahnya menciptakan kerajaan kopi terbesar di India dan menikahi putri mantan Kepala Menteri Karnataka, SM Krishna.

'Tegukan Terakhir' si Taipan Kopi India VG Siddhartha Sebelum Tewas

Setelah meraih gelar master dari Universitas Mangalore, Siddhartha bergabung dengan JM Financial Limited pada 1983-1984 di Mumbai sebagai manajemen trainee dalam Manajemen Portofolio dan perdagangan sekuritas di Bursa Saham India.

Dua tahun bersama JM Financial Limited, Siddhartha kembali ke Bangalore. Ayahnya memberinya modal untuk memulai bisnis pilihannya.

Siddhartha memutuskan berinvestasi dalam pasar saham dan mendirikan perusahaan bernama Sivan Securities, yang namanya berganti menjadi Way2wealth Securities Ltd. pada 2000. Divisi modal ventura perusahaan ini kemudian dikenal sebagai Global Technology Ventures (GTV).

Ia mulai menginvestasikan keuntungan dari perusahaanya untuk membeli perkebunan kopi di distrik Chikmagalur, Karnataka, dan mulai tertarik pada bisnis kopi keluarganya.

Pada tahun 1985, ia telah menambah portofolio riwayat hidupnya sebagai investor di pasar saham dan pemilik kebun kopi seluas 10.000 hektar.

“Ketika perdagangan kopi diliberalisasi pada tahun 90-an, saya menggandakan uang yang saya investasikan di perkebunan dalam waktu satu tahun,” ungkapnya suatu ketika, sebagamana diberitakan India Today.

Pada 1993, lahirlah Amalgamated Bean Coffee (ABC), sebuah perusahaan yang berfokus pada ekspor kopi. Dalam dua tahun, perusahaannya ini menjadi eksportir terbesar kedua dari India.

Coffee Day

Terinspirasi oleh obrolan dengan pemilik Tchibo, rantai kopi Jerman, Siddhartha memutuskan untuk membuka jaringan kafenya sendiri di negeri yang tidak memiliki latar belakang budaya formatif soal cappuccino.

Ia membuka jaringan kafe kopi pertamanya, Cafe Coffee Day, di Bangalore pada 1996. Di tempat ini, orang-orang dapat menikmati kopi dan berselancar internet sekaligus.

'Tegukan Terakhir' si Taipan Kopi India VG Siddhartha Sebelum Tewas

Peluncuran pertama kafe kopi itu terjadi pada saat Bangalore berada di puncak transformasi dari surga para pensiunan menjadi surga teknologi informasi (IT) dan gaya hidup. Siddhartha menuai sukses besar dari kafenya.

Selain CCD, Siddhartha juga mendirikan jaringan perhotelan yang menjalankan resor bintang tujuh Serai dan Cicada. Ia pun dianugerahi 'Entrepreneur of the year' untuk tahun 2002-2003 oleh Economic Times, karena menciptakan brand India yang sukses dari bisnis komoditas.

Pada 2015, hampir dua dekade setelah kafe pertamanya dibuka di Bangalore, Coffee Day Enterprises go public di lantai bursa dengan harga perdana 328 rupee per lembar saham.

Struktur kepemilikan perusahaan ini di antaranya terdiri atas unit perusahaan swasta KKR & Co. sebesar 6,07 persen dan Nandan Nilekani, salah satu pendiri Infosys Ltd., yang memegang 2,69 persen.

Sayangnya, saham Coffee Day ditutup merosot 18 persen menjadi 270,45 rupee dalam debut perdagangannya itu di Mumbai.

Saat Coffee Day berjuang dengan upaya ekspansinya, jaringan kopi lain, termasuk raksasa global Starbucks, menyerbu India. Menurut National Restaurant Association of India, Coffee Day telah memiliki sekitar 1.700 gerai, 10 kali lebih banyak dari yang dijalankan oleh Starbucks.

Siddhartha sampai susah tidur selama bermalam-malam ketika Starbucks memasuki India pada 2012, menurut sebuah artikel yang ditulisnya untuk majalah Outlook pada 2016.

“Saya mengalami momen menyedihkan ketika saham Coffee Days merosot pada debutnya. Ego saya terpukul,” tulisnya di kolom itu.

Kontroversi

Ada tanda-tanda bahwa Siddhartha dan Coffee Day sedang bergulat dengan utang. Dia dan pendiri Coffee Day lainnya menjanjikan sekitar 76 persen dari kepemilikan mereka sebagai jaminan, menurut pengarsipan.

Utang Coffee Day meningkat 29 persen menjadi 65,5 miliar rupee (US$951 juta) pada tahun finansial yang berakhir pada 31 Maret dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, rasio utang terhadap EBITDA melonjak menjadi 11,4 dari 6,7 selama periode yang sama, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg.

Beban utang mendorong Siddhartha untuk mulai menjual aset pada awal tahun ini. Pada April 2019, ia menjual 20 persen sahamnya di perusahaan layanan software Mindtree Ltd. kepada Larsen & Toubro Ltd.

Ia kemudian mengupayakan valuasi sebesar US$1,45 miliar dari Coca-Cola Co. untuk menjual saham di Coffee Day, seperti dilaporkan harian Economic Times bulan lalu.

Ayah dua anak ini dikabarkan juga berupaya untuk menjual perusahaan real estatnya Tanglin Developments Ltd kepada Blackstone Group yang berbasis di New York.

Siddharta sendiri telah menjadi bulan-bulanan pemberitaan ketika pada 2017 dituduh melakukan penghindaran pajak setelah dilakukan tindak pajak penghasilan di lebih dari 20 lokasi di Mumbai, Bengaluru, Chennai, dan Chikmagalur oleh Departemen Pajak Penghasilan.

Tindak otoritas pajak terhadap rantai ritel Cafe Coffee Day menemukan pendapatan terselubung senilai 650 crore rupee dari dokumen-dokumen yang disita.

Bunuh Diri?

Siddhartha tiba-tiba kemudian menghilang. Saham Coffee Day Enterprises menyentuh level terendahnya pada Rabu (31/7/2019), anjlok lebih jauh untuk hari kedua sejak ia dikabarkan menghilang.

Saham Sical Logistics Ltd., bisnis lain yang diterjuni keluarga Siddhartha, ikut terseret dan jatuh 20 persen pada perdagangan Selasa (30/7/2019) sebelum melanjutkan penurunannya pada Rabu.

Jasadnya ditemukan pada Rabu pagi mengambang di tepi Sungai Netravati di Mangaluru. Sejak dilaporkan hilang, sang Raja Kopi ini diyakini telah melakukan bunuh diri.

Untaian keluh kesah dalam surat yang terkesan ditulisnya kepada dewan direksi dan karyawan CCD menyoroti kemungkinan alasan di balik aksi nekatnya ini.

Selain tekanan dari mitra perusahaan, media berspekulasi bahwa meningkatnya utang dan ketidakmampuan mendorong pinjaman baru untuk melunasi utang jangka pendek memaksa Siddhartha untuk mengakhiri hidupnya.

“Coffee Day memiliki nilai merek yang sangat kuat. Selama beberapa tahun terakhir, ada langkah ekspansi cepat yang tidak dipikirkan dengan baik. Beberapa ekspansi berada di lokasi dengan sewa tinggi,” terang Naresh Malhotra, mantan CEO Café Coffee Day, dilansir dari Times Now News.

Siddhartha juga telah berekspansi ke bisnis lain seperti logistik, real estat, dan furnitur dengan mengambil utang. Bisnis-bisnis itu tidak berkembang seperti yang diharapkan, sehingga membuat situasinya semakin tampak buruk.

Sementara itu, pihak manajemen Coffee Day menyatakan akan menyelidiki permasalahan ini dan menegaskan bahwa perusahaan dikelola secara profesional oleh tim kepemimpinan yang kompeten.

“Perusahaan menerima bantuan dari otoritas-otoritas terkait dan tim kepemimpinannya akan memastikan kelangsungan bisnis,” tutur Coffee Day pada Selasa (30/7).

Impact HD, yang memiliki usaha patungan dengan Coffee Day untuk membuka convenience store di seluruh India, menunda pembukaan toko 'Coffee Day essentials' pertamanya. Toko itu dijadwalkan buka pada 1 Agustus di Bangalore.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan asal Jepang itu memperkirakan tidak ada dampak apapun dari kematian Siddhartha terhadap kerja sama kedua perusahaan. Sejumlah analis ikut menyuarakan pandangan optimistis mereka terhadap manajemen perusahaan.

“Kami rasa ada kapasitas manajemen yang memadai untuk melanjutkan operasi sehari-hari dalam waktu dekat,” tulis analis Morgan Stanley, Nillai Shah dan Archana Menon dalam riset tertanggal 30 Juli kepada klien.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper