Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelombang Panas 'Membakar' Dunia, Ini Ancamannya

Penelitian tentang ilmu iklim menunjukkan bahwa gelombang panas seperti ini menjadi lebih sering terjadi dan lebih berdampak di banyak bagian dunia, termasuk Eropa, ketika iklim keseluruhan menghangat karena aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil untuk energi.

Juli bulan Terhangat

Penelitian tentang ilmu iklim menunjukkan bahwa gelombang panas seperti ini menjadi lebih sering terjadi dan lebih berdampak di banyak bagian dunia, termasuk Eropa, ketika iklim keseluruhan menghangat karena aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil untuk energi.

Sebagai contoh, analisis bahwa perubahan iklim mungkin telah berperan dalam peristiwa panas Eropa pada awal musim panas menemukan telah terjadi "peningkatan yang sangat besar" dalam suhu gelombang panas tersebut.

Laporan itu menemukan bahwa gelombang panas hebat dewasa ini terjadi setidaknya 10 kali lebih sering dibandingkan dengan seabad yang lalu.

Sementara itu, sebuah penelitian mengenai gelombang panas Eropa yang mematikan pada tahun 2003 menemukan bahwa perubahan iklim yang disebabkan manusia membuat peristiwa itu dua kali lebih mungkin terjadi daripada pada iklim tanpa peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.

Sejak itu banyak penelitian telah memperluas deteksi sidik jari manusia pada peristiwa panas yang ekstrem. Contohnya lagi, sebuah studi dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences pada tahun 2017 menunjukkan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan peluang rekor peristiwa panas di lebih dari 80 persen luas permukaan dunia.

Cuaca panas ekstrem sendiri dapat menyebabkan lebih banyak kematian daripada bahaya cuaca lainnya di AS, termasuk angin topan dan tornado, menurut National Weather Service, seperti diberitakan Time.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa peristiwa panas ekstrem cenderung terjadi lebih sering dan untuk periode waktu yang lebih lama karena perubahan iklim.

Dalam sebuah makalah, para peneliti di Princeton menemukan bahwa gelombang panas majemuk, yang terjadi secara berurutan, akan menjadi lebih sering terjadi di masa depan dan akan menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan yang lebih besar ketika pemanasan global memburuk.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper