Bisnis.com, JAKARTA -- Di tengah perseteruan tarif dagang antara Amerika Serikat dengan China, Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat pada kuartal kedua berkat ekspor dan investasi asing yang melonjak.
Negara Asia Tenggara tersebut disebut-sebut sebagai penerima manfaat terbesar dari perang dagang sebab sebagian bisnis telah menggeser rantai pasokannya dari China untruk menghindari tarif AS.
Kantor Statistik Umum (General Statistics Office/GSO) merilis laporan yang menyebutkan bahwa produk domestik bruto Vietnam untuk kuartal kedua tahun ini tumbuh sebesar 6,71%. Meski demikian angka ini sedikit lebih rendah dari realisasi pada kuartal sebelumnya sebesar 6,82%.
"Industri pengolahan dan manufaktur tumbuh 9,14% selama April-Juni dari tahun sebelumnya, sementara sektor jasa naik 6,85% dan sektor pertanian tumbuh 2,19%," tulis GSO dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip melalui Reuters, Jumat (28/6).
Ekspor pada paruh pertama tahun ini naik 7,3% dari tahun sebelumnya menjadi US$122,72 miliar, sedangkan arus masuk investasi langsung asing ke negara itu tumbuh 8% menjadi US$9,1 miliar pada periode yang sama.
"Meskipun permintaan global yang lebih lemah kemungkinan akan tetap menjadi hambatan, Vietnam muncul sebagai pemenang memanasnya perang perdagangan, karena permintaan pasar AS telah bergeser dari China ke pemasok alternatif," kata Capital Economics dalam sebuah catatan.
Baca Juga
Menurut data bea cukai pemerintah Vietnam, ekspor Vietnam ke Amerika Serikat naik 29% menjadi US$22,72 miliar dalam lima bulan pertama tahun ini dari tahun sebelumnya.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Rabu (26/6/2019), bahwa pemerintahannya sedang berdiskusi dengan Vietnam mengenai perdagangan, menambahkan bahwa Vietnam memperlakukan Amerika Serikat bahkan lebih buruk daripada China.
"Komentar Presiden Trump, di mana dia tampaknya menunjukkan bahwa Vietnam bisa menjadi target yang berikutnya dalam pemberlakuan tarif AS, adalah sebuah ancaman yang jelas," kata Capital Economics.
GSO mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Vietnam, kemungkinan besar terseret oleh perlambatan dalam investasi publik dan wabah demam babi Afrika yang telah melanda pertanian di hampir semua 63 provinsi negara itu. Vietnam menargetkan pertumbuhan ekonomi antara 6,6% dan 6,8% tahun ini.