Bisnis.com, JAKARTA - Pesawat milik AngkatanUudara Rusia kemarin mendarat di bandara utama Venezuela atau tiga bulan setelah kejadian yang sama sehingga memicu perang kata-kata antara Amerika Serikat dan Rusia.
Laporan itu berdasarkan seorang saksi mata Reuters dan sebuah situs web yang melacak pergerakan pesawat, dua pesawat angkatan udara Rusia mendarat di Venezuela pada bulan Maret dengan membawa pejabat pertahanan Rusia dan 100 tentara.
Kejadian itu membuat Amerika Serikat menuduh Rusia melakukan "eskalasi sembrono" atas situasi di negara Amerika Selatan yang sedang mengalami konflik politik itu.
Sebuah jet Ilyushin 62 dengan nomor RA-86496 terlihat parkir di Bandara Internasional Maiquetia, menurut seorang saksi mata seperti dikutip Reuters, Selasa (25/6/2019).
Nomor pesawat itu terdaftar sebagai jet Angkatan Udara Rusia, menurut situs web Flightradar24, dan cocok dengan nomor pesawat yang tiba pada Maret lalu.
Presiden AS Donald Trump pada Maret memerintahkan Rusia untuk memindahkan semua pasukan dari Venezuela, sementara kementerian luar negeri Rusia mengatakan pesawat-pesawat itu hanya membawa spesialis yang melayani kontrak penjualan senjata.
Baca Juga
Pada Maret lalu Kementerian Informasi Venezuela dan Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menjawab permintaan komentar.
Laporan kedatangan dua pesawat tersebut mengemuka tiga bulan setelah Rusia dan Venezuela menggelar latihan militer gabungan. Rusia telah lama menjadi sekutu Venezuela, yang diwujudkan dengan meminjamkan uang miliaran dolar AS serta menyokong industri minyak dan militer negara Amerika Selatan itu.
Rusia juga secara eksplisit menentang aksi Amerika Serikat dalam menerapkan rangkaian sanksi terhadap pemerintah Venezuela yang dipimpin Presiden Nicolás Maduro.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mendesak Menlu Rusia, Sergei Lavrov menghentikan perilaku tidak membangun" di Venezuela.
"Menlu mengatakan kepada Menlu Rusia, Lavrov, bahwa Amerika Serikat dan negara-negara kawasan tidak akan berpangku tangan selagi Rusia menambah ketegangan di Venezuela," menurut keterangan resmi Deplu AS.