Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan para pemimpin militer lainnya dalam satu tindakan menekan negara itu melalui sebuah surat perintah eksekutif yang ditandatanganinya kemarin.
Presiden Donald Trump mengancam akan menghancurkan negara itu, jika menantang AS untuk berperang. Trump menyebut tindakan itu diambil untuk merespons secara tegas dan proporsional atas tindakan Iran yang kian provokatif.
Mengulangi bahwa Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir, Trump mengatakan bahwa sekarang tergantung pada Teheran. Trump meminta Iran, yang ngotot menyatakan tidak berupaya membangun senjata nuklir, untuk untuk bernegosiasi.
"Kami tidak meminta konflik," kata Trump sembari menambahkan bahwa tergantung pada respons Iran sanksi itu bisa berakhir besok atau bisa juga bertahun-tahun dari sekarang.
Departemen Keuangan AS mengatakan akan memasukkan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif ke dalam daftara hitam. Javad merupakan tokoh moderat dan arsitek utama kesepakatan nuklir Iran 2015.
Delapan komandan tertinggi dari pasukan militer elit Iran, Garda Revolusi yang memiliki aset miliaran dolar secara keseluruhan, juga dimasukkan ke dalam daftar hitam selain pepimpin tertinggi negara itu.
Baca Juga
Ketegangan memuncak setelah Iran menembak jatuh pesawat mata-mata AS minggu lalu dan Trump membatalkan serangan balasan pada menit terakhir.
Pada pertengahan Juni terjadi ledakan misterius yang merusak dua kapal asing di dekat Iran. Kejadian itu menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan jalur pelayaran yang digunakan untuk mengangkut sebagian besar pasokan minyak dunia.
Di tengah kesibukan kegiatan diplomatik, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan seruan bulat untuk dialog mengatasi kebuntuan antara Amerika Serikat dan Iran.
Amerika Serikat, Inggris, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga mendesak "solusi diplomatik", tetapi duta besar Iran untuk PBB mengatakan bahwa negaranya, yang telah dilumpuhkan oleh sanksi AS seperti pemblokiran sebagian besar ekspor minyak, menjadi sasaran "perang ekonomi."
"Anda tidak dapat memulai dialog dengan seseorang yang mengancam Anda, yang mengintimidasi Anda," kata Duta Besar Majid Takht Ravanchi kepada wartawan di New York seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (25/6/2019).
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan akan menggunakan pertemuan dengan Trump di KTT G20 di Jepang untuk mendesak solusi konstruktif dengan tujuan memastikan keamanan regional kolektif.
Kremlin, yang memiliki hubungan lama dengan pemerintah Iran, sebelumnya menyebut sanksi itu ilegal. Minggu lalu Trump mengatakan kepada sebuah wawancara televisi NBC bahwa jika terjadi perang maka Iran akan mengalami "pemusnahan seperti yang belum pernah ada sebelumnya." Meskipun demikian, dia telah berulang kali mengatakan terbuka untuk negosiasi dengan para pemimpin Iran.