Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin Uni Eropa sepakat memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia hingga akhir Januari 2020 akibat peran negara itu dalam kekacauan di Ukraina, kata seorang jurubicara blok tersebut.
Uni Eropa (UE) pertama kali menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah Moskow mencaplok Crimea dari Ukraina pada Maret 2014 dan mendukung pemberontak yang memerangi pasukan Kiev di timur negara itu. Konflik itu, yang menewaskan 13.000 orang, masih belum padam hingga kini.
"Sanksi Rusia diperpanjang dengan suara bulat selama enam bulan karena kurangnya implementasi Perjanjian Minsk," kata juru bicaraPreben Aman seperti dikutip Reuters, Jumat (21/6/2019).
Dia merujuk pada perjanjian perdamaian untuk Ukraina bagian timur yang menemui jalan buntu.
Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines di Ukraina timur pada Juli 2014 membuat bertambah buruknya respons Uni Eropa terhadap Rusia karena pemerintah negara itu dinilai berperan dalam krisis di wilayah itu. Semua dari 298 penumpang termasuk pilot dan awak pesawat tewas.
Tim investigasi internasional yang dipimpin Belanda pada Rabu (19/6/2019) mengatakan tiga orang Rusia dan seorang Ukraina akan menghadapi tuduhan pembunuhan karena menembak jatuh pesawat dengan nomor penerbangan MH17 tersebut.
Baca Juga
Para pemimpin UE juga memberikan "dukungan penuh mereka untuk semua upaya membangun kepercayaan, keadilan dan pertanggungjawaban bagi para korban dan kerabat mereka.
Pernyataan bersama pemimpin UE menyerukan Rusia untuk bekerja sama sepenuhnya dengan upaya penyelidikan yang sedang berlangsung.
Sanksi ekonomi UE terhadap Moskow mencakup pembatasan kerja sama pada sektor energi, pertahanan dan keuangan. Sanksi terpisah juga diberlakukan dengan melarang negara UE melakukan bisnis dengan Crimea yang dicaplok Rusia.
Blok UE juga menyatakan "sangat prihatin" dengan keputusan Presiden Vladimir Putin yang memungkinkan warga Ukraina bagian timur mendapatkan paspor Rusia di bawah prosedur yang disederhanakan.