Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs: Risiko Perang Dagang AS dengan China dan Meksiko Meningkat

Tim ekonom Goldman Sachs meningkatkan perkiraan mereka terkait risiko perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dan Meksiko.
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer

Bisnis.com, LONDON—Tim ekonom Goldman Sachs meningkatkan perkiraan mereka terkait risiko perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dan Meksiko.

Dikutip dari Reuters, dalam laporannya Goldman Sachs memaparkan ada kemungkinan 60 persen bahwa AS akan memberikan tariff impor hingga US$300 miliar. Peluang itu meningkat dari proyeksi sebelumnya sebesar 40 persen.

“Retorika terhadap China telah memanas. Ada eskalasi tambahan terlihat dari kedua belah pihak dengan menetapkan sejumlah langkah, termasuk pemberian tarif dan non-tarif,” papar ekonom Goldman Sachs dalam laporannya, Senin (3/6/2019).

Setelah Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu mengumumkan adanya retribusi impor dari Meksiko, Goldman melihat peluang 70% tarif impor sebesar 5% itu akan berlaku pada 10 Juni 2019. Selain itu, ada peluang 50 persen bahwa tarif impor meningkat menjadi 10 persen pada 1 Juli 2019.

Ekonom Goldman juga memangkas peluang ratifikasi perjanjian United States of America, the United Mexican States, and Canada (USMCA) menjadi 35 persen dari estimasi sebelumnya sebesar 60 persen. Peluang pemberlakukan tarif mobil kemungkinan meningkat menjadi 40 persen dari proyeksi sebelumnya 25 persen.

Sementara itu, sentimen perang dagang melemahkan dolar AS. Tim analis Asia Trade Point Futures dalam laporannya menyampaikan, mayoritas fokus investor tertuju pada ketegangan baru hubungan dagang antara AS dengan Meksiko.

Mulai 10 Juni, rencananya AS akan mengenakan bea impor sebesar 5% terhadap semua barang impor Meksiko. Rencana ini merupakan reaksi Washington agar Meksiko menindak tegas para imigrasi ilegal yang mencoba masuk ke AS.

“Kondisi ini membuat investor melepas US Dollar dan imbasnya nilai tukar US Dollar tergerus sepanjang perdagangan,” paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper