Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Populisme Agama Kental Warnai Pilpres 2019, Ini Dampak Ma'ruf Amin?

Populisme agama dalam konstelasi pemilihan presiden 2019 ini masih sangat kental.
Capres petahana Joko Widodo dan cawapres Ma'ruf Amin di sela-sela penyampaian pidato kemenangannya sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 bersama warga di Kampung Deret, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Capres petahana Joko Widodo dan cawapres Ma'ruf Amin di sela-sela penyampaian pidato kemenangannya sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 bersama warga di Kampung Deret, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali, menilai populisme agama dalam konstelasi pemilihan presiden 2019 ini masih sangat kental.

Kedua pasangan calon presiden, Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno sama-sama memainkan isu ini. Namun Jokowi keluar sebagai pemenangnya.

Ali menilai, kemenangan Jokowi tak lepas dari keberhasilannya menarik suara Nahdlatul Ulama. Selain itu, sosok Ma'ruf Amin yang menjadi wakil, juga dinilai menjadi kunci.

"Meski Ma'ruf bukan sosok yang mengakar, karena beliau lahir dari kalangan elite, tapi simbol dia sebagai Rais Aam (PBNU), melihat kesakralan Rais Aam ini harus dijaga," kata Ali dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 29 Mei 2019.

Dari temuan Alvara Research, sebenarnya keterpilihan Jokowi di daerah berpenduduk muslim tak terlalu bagus. Semakin tinggi penduduk muslim di suatu daerah, semakin kecil pula keterpilihan Jokowi. Namun dua provinsi menjadi anomali, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Jawa Tengah dan Jawa Timur, penduduk muslim besar, tapi di sana Jokowi menang. Di mana di situ, ada gabungan basis suara NU, Nasionalis, dan PDIP," kata Ali.

Dari data Komisi Pemilihan Umum, daerah dengan penyumbang suara terbesar memang berada dari tiga provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jokowi hanya gagal menancapkan pengaruhnya di Jawa Barat.

Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, NU memiliki kekuatan yang besar. Apalagi saat ini Partai Kebangkitan Bangsa juga ikut mengusung Jokowi. Tak hanya itu, dari internal NU, seluruh elite kompak menyatakan dukungan kepada Jokowi.

"Pada pilpres 2014, Habib Luthfi, Mbah Moen itu mendukung Prabowo. Sementara Khofifah, Cak Imin (Muhaimin Iskandar) mendukung Jokowi - JK. Sekarang semua poros di belakang Jokowi," kata Ali.

Ali menilai soliditas elite NU ini tak terlepas dari adanya kekhawatiran yang sama. "Mereka melihat ada Islam radikal, ada kelompok yang ingin mengubah Pancasila, ada di kubu Prabowo Sandi," kata Ali.

Dari hasil rekapitulasi akhir perhitungan suara oleh KPU, Pasangan Jokowi-Ma’ruf berhasil meraih 85,6 juta suara, atau unggul 55,5 persen. Sementara Prabowo-Sandi hanya meraup 68,65 juta suara, atau 44,5 persen. Meski begitu, saat ini kubu Prabowo-Sandi tengah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, dan menuding terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif, di pilpres 2019 .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper