Bisnis.com, JAKARTA - Seluruh program senjata pemusnah massal (WMD) milik Korea Utara melanggar resolusi Dewan Keamanan Amerika Serikat (AS), kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS merujuk pada peluncuran rudal oleh Pyongyang baru-baru ini.
“Saya pikir seluruh program WMD Korea Utara itu bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. Tetapi apa yang kami fokuskan di sini adalah dalam upaya untuk menegosiasikan tujuan damai bagi program WMD Korea Utara," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus kepada wartawan seperti dikutip Reuters, Rabu (29/5/2019).
Ortagus sebelumnya diminta untuk memperjelas posisi Departemen Luar Negeri setelah Presiden Donald Trump tidak sejalan dengan penasihat keamanan nasionalnya, John Bolton mengenai apakah peluncuran rudal Korea Utara bulan ini telah melanggar resolusi PBB.
Bolton mengatakan pada Sabtu lalu bahwa "tidak diragukan" bahwa peluncuran rudal tersebut telah melanggar resolusi karena mereka termasuk rudal balistik jarak pendek.
Ortagus mengatakan Departemen Luar Negeri belum memberikan penilaiannya secara terbuka apakah peluncuran itu melibatkan rudal balistik. Namun, Pentagon mengatakan pada 9 Mei bahwa peluncuran oleh Korea Utara pada hari itu terdiri dari beberapa rudal balistik yang terbang lebih dari 300 km (185 mil).
Selama kunjungan ke Jepang pada hari Senin (2/5/2019, Presiden AS Donald Trump menyinggung pandangan Bolton dan mengatakan dia tidak setuju.
Baca Juga
"Orang-orang saya berpikir itu bisa menjadi pelanggaran ... Saya melihatnya secara berbeda," kata Trump.
Dikatakan, bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mungkin ingin "mendapatkan perhatian."
Trump menekankan bahwa "tidak ada uji coba nuklir, tidak ada rudal balistik, tidak ada rudal jarak jauh" dan menambahkan bahwa suatu hari mungkin ada kesepakatan dengan Korea Utara untuk mengakhiri program nuklirnya.
Ketika ditanya apakah Menteri Luar Negeri Mike Pompeo setuju dengan Trump atau Bolton, Ortagus mengatakan: "Saya tidak menolaknya bahwa peluncuran rudal adalah upaya untuk mengirim pesan ke pemerintah AS."
Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat ingin melanjutkan pembicaraan denuklirisasi dengan Korea Utara. Hal itu akan menjadi fokus pihak AS, katanya.
Setelah dua KTT gagal antara Kim dan Trump pada tahun lalu, uji coba rudal kembali diakukan Korea Utara, termasuk beberapa rudal berpemandu yang menurut para ahli dapat digunakan untuk menembus pertahanan Korea Selatan dan AS di wilayah tersebut.
Rudal-rudal itu terbang dengan lintasan yang rata dan lebih rendah sehingga membuat beberapa pejabat di Korea Selatan mempertanyakan apakah rudal itu dikategorikan sebagai "rudal balistik" yang merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB.