Bisnis.com, JAKARTA – World Health Organizations (WHO) mencatat 34.300 orang terkena penyakit campak di Eropa, khususnya di Ukraina, selama 2 bulan pertama 2019.
Organisasi PBB itu mencatat korban jiwa akibat campak dari 34.300 yang dilaporkan mencapai 13 orang di Ukraina, Rumania, dan Albania.
WHO memperingatkan masyarakat bahwa campak dapat terus menyebar. Dalam sebuah laporan, WHO menyatakan jika respons terhadap wabah campak tidak tepat waktu dan komprehensif, virus akan menular ke banyak orang yang rentan dan berpotensi menyebar ke negara-negara lain.
"Setiap kesempatan harus digunakan untuk memvaksinasi anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang rentan," tegas laporan tersebut pada Selasa (7/5/2019).
Seperti diketahui, campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat membunuh dan menyebabkan kebutaan, tuli, atau kerusakan otak. Campak dapat dicegah dengan dua dosis vaksin yang efektif.
Akibat dari tidak divaksinnya sebagian orang, wabah campak kini terjadi di beberapa belahan dunia seperti Amerika Serikat, Filipina dan Thailand. Di Eropa, sebagian besar kasus campak sejauh ini pada 2019 berada di Ukraina yang mencatatkan lebih dari 25.000 kasus dalam 2 bulan pertama 2019.
WHO mencatat walaupun pada 2017 sebanyak 90% masyarakat di Eropa telah mendapatkan vaksinasi, penyakit campak terdapat beberapa negara yang mengalami penurunan atau stagnansi peserta cakupan imunisasi.
Selain itu, tertulis dalam laporan WHO, beberapa kelompok terpinggirkan memiliki tingkat pelayanan yang rendah dan terdapat kesenjangan kekebalan pada generasi yang lebih tua.
WHO menegaskan bahwa tidak ada pengobatan antivirus khusus untuk campak dan vaksinasi adalah satu-satunya cara untuk mencegahnya. Sebagian besar kasus campak terjadi pada orang yang tidak divaksinasi atau kurang divaksinasi.
WHO meminta otoritas kesehatan nasional di seluruh wilayah untuk memfokuskan upaya untuk memastikan semua kelompok populasi memiliki akses ke vaksin.
"Dampaknya pada kesehatan masyarakat akan bertahan sampai wabah yang sedang berlangsung dikendalikan. Otoritas kesehatan harus mengidentifikasi siapa yang terlewatkan di masa lalu dan menjangkau mereka dengan vaksin yang mereka butuhkan," saran laporan tersebut.
Di sisi lain, United Nation Children's Fund (Unicef), juga vadan di bawah PBB, melaporkan ada lebih dari 20 juta anak per tahun sejak 2011 yang melewatkan vaksinasi. Hal tersebut merupakan dasar untuk terjadinya epidemik.