Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah sukses menyelenggarakan "Indonesia-South Pacific Forum" pada pertengahan Maret 2019, Indonesia akan menggelar "Pacific Exposition" di Selandia Baru pada 11-14 Juli 2019.
Seperti halnya forum Indonesia-Pasifik Selatan, kegiatan dengan format pameran ini dilaksanakan dengan tujuan menggali potensi dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan Pasifik. Kegiatan yang mendapat dukungan dari Australia dan Selandia Baru ini juga merupakan salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan kehadiran di wilayah Pasifik.
Inisiasi Indonesia untuk memperkuat jalinan dengan negara Pasifik ditanggapi beragam oleh negara-negara di kawasan itu. Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa, dan Tonga Tantowi Yahya mengaku rencana tersebut sempat ditanggapi dengan rasa curiga oleh sejumlah negara.
"Kehadiran Indonesia dalam kelompok negara-negara Pasifik tentu saja ditanggapi bermacam-macam. Ada yang menerima karena melihatnya sebagai potensi, tapi tidak sedikit yang ada awalnya berhati-hati bahkan curiga," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Menanggapi respons tersebut, Tantowi menegaskan bahwa tidak ada motif politik di balik rencana Indonesia dalam kegiatan ini. Dia pun menggarisbawahi fakta bahwa secara kultural, penduduk asli Indonesia di lima provinsi di kawasan Indonesia Timur juga merupakan bagian dari komunitas Melanesia dan Polinesia, yang merupakan dua etnis asli negara-negara Pasifik.
Selain alasan tersebut, dia juga menerangkan bahwa Indonesia tidak berusaha menggeser posisi Australia dan Selandia Baru sebagai dua negara besar di Pasifik. Kedua negara tersebut memang tengah gencar menaruh perhatian di kawasan Pasifik lewat kebijakan "Pacific reset" mereka.
Baca Juga
"Indonesia ingin menunjukkan bahwa kita merupakan bagian tak terpisahkan dari Pasifik. Indonesia ingin memberi, ingin berperan, dan ingin berkontribusi [untuk kawasan]. Kita tidak berbicara politik di sini. Kita berbicara ekonomi dan kebudayaan. Apakah nanti akan berdampak secara politik, khususnya pada isu-isu yang sedang kita hadapi di Pasifik, itu merupakan bonus dari kerja ekonomi dan kerja kita untuk menyejahterakan masyarakat," papar Tantowi.
Berbeda dengan kebijakan "Pacific Reset" yang mengedepankan peningkatan kerja sama ekonomi dan bantuan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), dia menjelaskan bahwa Indonesia akan menggunakan pendekatan yang berbeda.
"Kita ingin memberikan sesuatu berbeda, bukan bantuan tapi buka akses pasar. [Jumlah] 260 juta penduduk [Indonesia], itu pasar empuk bagi negara-negara Pasifik untuk produk unggulan mereka seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata," ujar Tantowi.