Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Sri Lanka telah menangkap lebih dari 60 orang menyusul serangan bom mematikan yang menewaskan 359 orang pada Hari Paskah, yang jatuh pada akhir pekan lalu.
Dilansir dari Reuters, Rabu (24/4/2019), pemimpin Parlemen Sri Lanka Lakshman Kiriella mengatakan kemungkinan akan ada lebih dari 100 orang yang ditangkap. Namun, dia tidak memberikan penjelasan lebih jauh atas pernyataan ini.
Sebelumnya, ISIS sudah mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom yang terjadi di 3 gereja dan 4 hotel itu. Pernyataan bertanggung jawab itu disampaikan setelah pejabat Sri Lanka mengungkapkan bahwa pengeboman dilakukan sebagai balasan atas serangan terhadap dua masjid di Selandia Baru pada bulan lalu.
Juru Bicara Kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekera menyebutkan jumlah korban tewas naik menjadi 359 orang dari 321 orang dalam semalam dan 500 orang lainnya luka-luka. Sementara itu, salah satu orang yang ditangkap oleh polisi adalah warga Suriah.
"Operasi pencarian terus dilakukan di sejumlah wilayah, ada pemeriksaan yang ketat atas wilayah Muslim," ujar sumber Reuters.
Penduduk Sri Lanka berjumlah 22 juta orang dan terdiri atas kelompok Kristen, Muslim, Hindu, Buddha. Negara Asia Selatan itu relatif baru merasakan kedamaian setelah perang sipil berakhir 10 tahun lalu.
Serangkaian serangan ini juga menjadi guncangan tersendiri terhadap aparat keamanan Sri Lanka. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena dikabarkan akan mengganti sejumlah kepala keamanan negara setelah intelijen gagal memberikan peringatan sebelum serangan tersebut terjadi.
Tiga sumber lainnya Reuters menuturkan India sudah menyampaikan peringatan kepada pejabat intelijen Sri Lanka bahwa serangan dari militan Islam berpotensi terjadi, beberapa jam sebelum serangan berlangsung.