Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangkaian aksi pengeboman yang meyasar gereja dan hotel di Sri Lanka saat hari Paskah pada Minggu (21/4/2019).
"Mereka yang melakukan serangan dengan target anggota koalisi pimpinan Amerika Serikat dan umat Kristen di Sri Lanka dua hari lalu adalah pejuang kelompok ISIS," ungkap organisasi itu melalui siaran berita resmi AMAQ pada Selasa (23/4/2019).
Kelompok itu tak memberi bukti yang memperkuat klaim tersebut dan tak ada pula bukti langsung yang menyebut keterlibatan mereka. Sejumlah klaim ISIS selama ini atas sejumlah serangan juga kerap tidak terbukti.
Pemerintah Sri Lanka belum memberi respons resmi atas pernyataan ISIS. Sejak pemerintahan Donald Trump mendeklarasikan kekalahan ISIS bulan lalu, kelompok militan itu memang makin terdesak dan diduga mulai mengaktifkan sel-sel di luar negeri.
Sebelumnya, investigasi awal yang dipublikasi oleh pemerintah Sri Lanka menyebutkan bahwa motif serangan bom yang menewaskan lebih dari 300 orang tersebut merupakan aksi balasan terhadap teror penembakan massal yang terjadi di dua masjid Christchurch, Selandia Baru pada pertengahan Maret lalu.
Dalam sesi khusus parlemen yang digelar hari ini, Selasa (23/4/2019), Menteri Negara Sri Lanka untuk bidang Pertahanan Ruwan Wijewardene mengatakan para penyelidik saat ini tengah menyelidiki hubungan antara kelompok jihadis nasional, Thowheed Jamath (NTJ) dan Jamaat-ul-Mujahidin.
Sampai saat ini, lebih dari 40 orang yang diduga terlibat dalam aksi serangan telah ditahan, termasuk seorang warga Suriah.