Bisnis.com, JAKARTA--Proposal Amerika Serikat untuk perdamaian antara Israel dan Palestina yang dijuluki "kesepakatan abad ini" kemungkinan tidak akan mencakup negara negara Palestina berdaulat penuh.
Menurut sumber-sumber yang mengetahui substansi rencana itu, perjanjian tersebut menjanjikan perbaikan praktis dalam hal taraf kehidupan warga Palestina.
Akan tetapi tidak ada jaminan akan kedaulatan penuh atas negara Palestina, menurut harian Washington Post sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Senin (15/4).
Gedung Putih diperkirakan akan mengungkapkan perjanjian damai yang telah lama ditunggu-tunggu itu pada akhir tahun ini. Perjanjian itu dipelopori oleh Jared Kushner, menantu Presiden AS Donald Trump.
Meski para pejabat merahasiakan rincian rencana itu, namun komentar dari Kushner dan pejabat AS lainnya menunjukkan bahwa "tidak akan ada soal kedaulatan negara sebagai landasan awal upaya perdamaian", lapor Washington Post.
Rencana itu kemungkinan besar akan fokus pada masalah keamanan Israel. Isunya disebutkan berkisar pada pembangunan infrastruktur besar dan pembangunan industri khususnya di Jalur Gaza yang terkepung.
Baca Juga
Sejak kegagalan Kesepakatan Oslo 1993, inisiatif yang dipimpin AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan damai tidak membuahkan hasil.
Dalam upaya untuk menyelamatkan elemen-elemen Kesepakatan Oslo, mantan Presiden AS Bill Clinton berusaha untuk menghidupkan kembali negosiasi dan mencapai kesepakatan status akhir pada kesepakatan Camp David tahun 2000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News