Kabar24.com, JAKARTA – Chairman dan CEO Korean Air, Cho Yang-ho, dinyatakan tutup usia di sebuah rumah sakit di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (7/4/2019) waktu setempat.
Cho mengambil alih posisi Chairman Hanjin Group, kerajaan bisnis keluarga yang bergerak di bidang transportasi, dari ayahnya pada tahun 2003.
Ia pula yang berperan membantu maskapai udara terbesar Korea Selatan, Korean Air Lines, bagian dari bisnis Hanjin Group, menjadi salah satu anggota pendiri aliansi global SkyTeam.
Ia wafat pada usia 70 tahun karena penyakit kronis yang dideritanya, menurut pernyataan Korean Air. Kepergiannya hanya berselang kurang dari tiga pekan setelah para investor perusahaan memilih untuk mengeluarkannya dari jajaran dewan direksi.
Setelah kematian Cho diumumkan kepada publik, saham Korean Air naik 3% pada pukul 0017 (pukul 07.17 pagi WIB), berdasarkan data Reuters.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korean Air telah tersandung serangkaian skandal yang melibatkan anggota keluarga pendirinya.
Puncak dari skandal yang dialami terjadi dengan dakwaan terhadap Cho tahun lalu atas tuduhan penggelapan dan pelanggaran kepercayaan. Cho sendiri telah membantah tuduhan yang dilayangkan terhadapnya.
Permasalahan yang mengganjal maskapai penerbangan itu dimulai setelah putri sulung Cho, Heather Cho, menjadi pemberitaan pada 2014 ketika dia kehilangan kesabaran atas pelayanan yang diterimanya saat terbang.
Tingkah laku sang putri ketika itu menjadi bulan-bulanan di mana-mana, setelah ia memerintahkan pesawat Korean Air yang ditumpanginya itu untuk kembali ke bandara New York. Insiden tersebut sontak merusak citra Korean Air.
Kemudian pada April 2018, otoritas bea cukai Korea Selatan menyelidiki kabar bahwa putri bungsu Cho Yang Ho, yaitu Emily Cho, dan anggota keluarga lainnya tidak membayar bea masuk atas barang-barang mewah yang dibawa masuk ke negara itu.
Mengutip perkataan seorang karyawan Korean Air, media sosial dan media setempat ramai membicarakan bahwa Emily Cho dan anggota keluarga pemilik Korean Air lainnya membeli barang mewah di luar negeri kemudian masuk ke Korea Selatan dengan barang-barang tersebut tanpa membayar bea cukai.
Dua kasus tersebut menjadi berita utama di Korsel dan membuka kembali perdebatan nasional tentang sistem bisnis negara itu yang didominasi perusahaan keluarga, seringkali disebut sebagai chaebol.
Kedua putri Cho Yang-ho, yang sempat menduduki jabatan di maskapai penerbangan itu, pun akhirnya mengundurkan diri setelah berturut-turut dirundung tudingan penyalahgunaan kekuasaan dan menjadi sorotan publik.