Jangan Terperangkap Balas Budi
Sejumlah pengamat menilai adanya dukungan pengusaha cukup membantu proses pemenangan capres. Selain suara, kontribusi bantuan umumnya berupa pendanaan kampanye.
Guru Besar Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menyampaikan bahwa dukungan pengusaha terhadap capres tertentu sudah lumrah karena berlangsung hampir pada setiap masa pemilu.
Umumnya, dukungan tersebut berupa bantuan dalam dana kampanye. Persoalan yang harus diperhatikan ialah presiden terpilih nantinya mampu bersikap profesional dan menghindari perangkap balas budi terhadap pengusaha.
“Dukungan [pengusaha] itu sudah umum. Tinggal sejauh mana presiden terpilih nantinya bisa lepas dari praktik-praktif balas budi,” tuturnya.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar berpendapat bahwa sikap pengusaha yang mendukung capres tertentu sangat wajar. Hal itu juga sudah berlangsung sejak pegelaran pemilu sebelumnya.
Sebagai contoh, pemilik CT Corp, Chairul Tanjung, pernah mendukung Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden. Sikap yang sama juga beberapa kali ditunjukkan oleh Sofjan Wanandi dan Aburizal Bakrie. “Saya kira hal semacam ini lumrah. Pengusaha paham betul dan bisa membaca peluang-peluang jika salah satu capres menjadi presiden nantinya,” ujarnya.
Menurut Idil, pengusaha menjadi salah satu pihak yang berkepentingan dalam hal pemerintahan dan politik. Dalam konteks itu, pebisnis memiliki ketertarikan terhadap salah satu capres karena turut berimbas kepada kelangsungan usaha mereka dengan dukungan regulasi dan investasi.
Ihwal bantuan pengusaha kepada capres bukan hanya soal dana kampanye atau logistik, melainkan juga bantuan suara. Misalnya, jika pengusaha memiliki ribuan karyawan, tentunya pegawai itu dapat diarahkan untuk memilih salah satu capres. “Bantuan-bantuan seperti ini tentunya menjadi sebuah hal yang diharapkan tim pemenangan capres dari pengusaha,” katanya.