Kabar24.com, JAKARTA — Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menempatkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin memiliki tingkat keterpilihan atau elektabilitas sebesar 51,4%.
Adapun, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga S. Uno memiliki tingkat elektabilitas sebesar 33,3%.
Mengacu hasil survei CSIS, selisih antara kedua pasangan sekitar 18%.
Menariknya, pada masing-masing pasangan calon, tingkat loyalitas pemilih sudah di atas 80%. Sehingga migrasi pemilih antar calon diprediksi tidak akan banyak terjadi.
"Tingkat kemantapan pemilih Jokowi- Ma'ruf Amin sebesar 84,4%, sementara kemantapan pilihan Prabowo-Sandiaga Uno sebesar 81,3%," tutur Peneliti CSIS Arya Fernandes dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2019).
Sebab itulah, Arya berpendapat setelah tingkat kemantapan yang tinggi, selanjutnya mobilisasi pemilih untuk datang atau tidak ke TPS menjadi hal penting yang harus dipastikan kedua paslon atau timses masing-masing.
"Keduanya sudah punya cara memobilisasi massa yang cerdik ya. Ada Subuh Berjamaah [untuk Prabowo-Sandi] atau Rabu Putih [untuk Jokowi-Ma'ruf]. Itu salah satu cara memobilisasi masa, untuk memastikan bahwa masing-masing pendukungnya akan datang ke TPS," tambahnya.
Menurut Arya, tingkat partisipasi para pemilih akan bergantung pula pada bagaimana keduanya memanfaatkan momentum. Misalnya, mengolah isu, memastikan tidak ada blunder dari para kandidat, atau membuat budaya pop baru untuk membuat masyarakat bersemangat.
"Membuat budaya baru pop culture itu juga memperkuat brand kandidat. Misalnya salam Dua Jari waktu Jokowi 2014 dulu itu cukup besar pengaruhnya untuk memobilisasi massa," ungkap Arya.
Hal tersebut Arya anggap penting untuk mendorong masyarakat yang menyatakan belum menentukan pilihan dan enggan untuk membeberkan pilihannya dalam survei.
"Ada sekira 14,1% yang tidak menjawab atau rahasia, juga ada 1,2% yang belum menentukan pilihan," tambahnya.
Survei CSIS ini dilakukan pada rentang 15-22 Maret 2019. Survei dilakukan menggunakan metode multi-stage random sampling dengan jumlah sampel 1.960 tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error (+/-) 2,21 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pendanaan survei berasal dari internal CSIS.