Bisnis.com, JAKARTA — Banyak yang menilai cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin berhasil tampil mengejutkan dan berhasil mengimbangi sosok muda cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno.
Kendati demikian, Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai masih ada beberapa poin kelemahan dari Ma'ruf Amin yang tampak dalam debat ketiga bertema pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, serta sosial dan budaya ini.
Di antaranya, dari segi efektivitas berbicara, kesan menyerang, perdebatan yang kurang fokus, dan penggunaan istilah-istilah yang kurang dipahami masyarakat awam, seperti istilah Bahasa Arab.
"Dari segi memanfaatkan waktu yang disediakan nampak Ma'ruf Amin kurang memanfaatkan waktu dengan baik, sebab beberapa kali Ma'ruf Amin diingatkan modetator bahwa waktunya masih ada tetapi Ma'ruf Amin sudah berhenti berbicara," ungkap Ubedilah pada Bisnis, Senin (18/3/2019).
Selanjutnya, menurut Ubedilah, sepanjang debat berlangsung Ma'ruf Amin justru terlihat lebih bernada menyerang dengan membuat pertanyaan harapan jawaban Sandi, bisa dipatahkan sendiri olehnya.
"Tetapi, kemudian Sandiaga Uno tidak terpancing, tetapi menjawab dengan tenang dan santun. Justru, jawaban-jawaban Sandiaga Uno nampak menggambarkan sikap yang tenang dan menunjukan kesiapanya," ujarnya.
Selain itu, perdebatan yang kurang fokus bukan hanya menjadi poin kelemahan Ma'ruf Amin, tetapi sekaligus juga kelemahsn Sandi.
"Sepanjang waktu debat pilpres ketiga ini hanya tiga program yang sedikit mengarah perdebatan yaitu terkait Badan Riset Nasional [tema pendidikan], tentang Stunting [tema kesehatan], dan tentang tenaga kerja asing [tema ketenagakerjaan]," ujarnya.
Menurut Ubedilah, keduanya belum menyatakan argumentasi untuk mendebat satu sama lain. Baik Sandi atau Ma'ruf hanya terpatok pada pengetahuannya masing-masing dalam tema-tema tersebut.
Bahkan, Kartu Prakerja dan Rumah Siap Kerja yang dinilai akan dikupas sebagai program andalan keduanya, tidak didebat secara substansial. Misalnya, kemungkinan Kartu Prakerja membebani APBN, atau bedanya Rumah Siap Kerja yang terkesan mirip Balai Latihan Kerja (BLK)
"Padahal secara substantif kedua solusi tersebut bisa diperdebatkan lebih mendalam terkait banyaknya pengangguran lulusan SMK di Indonesia dan bagaimana solusinya," jelasnya.
Terakhir, yaitu penggunaan istilah asing seperti Bahasa Arab yang justru terkesan digunakan untuk merebut suara muslim. Selain itu, tampak bahwa penggunaan Bahasa Arab bertujuan bahwa kedua tokoh tersebut memastikan dirinya dekat dengan Islam.
"Sepanjang debat, Ma'ruf Amin sering menggunakan bahasa Arab misalnya menggunakan kata islah, tanzhim, bahkan hadist Innama buitstu makaarimal akhlaq dan lain-lain, yang terkesan memamerkan kemampuan bahasa Arabnya. Mungkin sebagai upaya untuk memberi kesan Islami agar mendapat simpati pemilih muslim," jelasnya.
"Sandiaga Uno juga ternyata di bagian akhir pidatonya menggunakan beberapa penutup bahasa Arab seperti baldatun thoyibatun warobbunnghofuur, wallahuwafiq ilaa aqwamitthaariq, hasbunallah wanimal wakil ni'mal maula wani'mannaashiir," tambahnya.
Kendati demikian, Ubedilah menilai Debat Cawapres 17 Maret ini secara umum terlihat sejuk dan secara teknis acara lebih enak dilihat dari dua debat sebelumnya.
"Debat ketiga nampak tenang dan tidak diwarnai hiruk pikuk yang membahana seperti debat-debat sebelumnya. Tata panggung yang terkesan tenang megah dan moderator Alvito dan Putri yang matang turut memberi efek sejuk dalam debat pilpres ketiga yang berlangsung tadi malam," tutupnya.
Pengamat : Kedua Kandidat Pamer Bahasa Arab, Ma'ruf Amin Lebih Menyerang
Banyak yang menilai cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin berhasil tampil mengejutkan dan berhasil mengimbangi sosok muda cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium