Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Usaha AS Dukung Penetapan Tarif Perdagangan

Lobi bisnis top asal Amerika Serikat, yang beroperasi di China, mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi mitra mereka lebih menyukai jika AS mempertahankan tarif terhadap barang-barang China.
Perang dagang AS-China/istimewa
Perang dagang AS-China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Lobi bisnis top asal Amerika Serikat, yang beroperasi di China, mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi mitra mereka lebih menyukai jika AS mempertahankan tarif terhadap barang-barang China.

Pada saat yang sama Washington dan Beijing tengah berupaya untuk mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Kamar Dagang Amerika di China juga mengatakan bahwa selama setahun terakhir, secara substansial jumlah anggotanya yang menginginkan pemerintah AS mendorong Beijing lebih keras terus bertambah. Menurut mereka kebijakan ini dapat menciptakan arena persaingan yang setara bagi bisnis AS.

Senin (25/2), Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dia akan menunda kenaikan tarif terhadap produk China senilai US$200 miliar dan memperpanjang periode 'gencatan senjata' yang seharusnya berakhir pada 1 Maret 2019.

Washington menuntut agar Beijing mengakhiri pencurian rahasia dagang serta praktik yang memaksa perusahaan AS di China untuk menyerahkan teknologi mereka.

Data suvei iklim bisnis tahunan di sana 10% dari para anggota Kamar Dagang Amerika di China mendukung kebijakan tarif terhadap produk China senilai US$200 miliar dinaikkan menjadi 25% setelah batas waktu 1 Maret yang sepakati oleh Trump dan Xi pada Desember 2018.

43% lainnya menganjurkan agar tarif 10% dipertahankan serta menunda kenaikan dengan tambahan waktu 60 hari untuk mencapai hasil saat negosiasi berlangsung.

"Ada perasaan campur aduk tentang tarif, tetapi mayoritas mendukung tarif berlanjut pada saat ini," kata Chairman Kamar Dagang Amerika di China Timothy Stratford, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (26/2).

Menurut Stratford, saat ni pendapat pelaku industri terbelah . Beberapa orang yang menolak penerapan tarif untuk berbagai alasan, namun pada satu waktu mereka kembali berpikir bahwa kebijakan ini telah memberikan manfaat dalam memprovokasi negosiasi antara kedua belah pihak.

Ketua Kamar Dagang Amerika di China Alan Beebe mengatakan sebesar 47% anggota menginginkan pemerintah AS melakukan advokasi yang lebih kuat dan mewakili tingkat arena persaingan bisnis AS di ekonomi terbesar kedua dunia.

"Angka tersebut dua kali lebih besar dari tahun lalu," kata Beebe.

Kamar Dagang Amerika di China atau AmCham China meyampaikan 19% dari anggotanya memilih untuk menyesuaikan rantai pasokan atau mencari sumber komponen dan perakitan dari luar China akibat tarif.

Sementara itu 28% diantaranya memilih agar pemerintah AS dapat menunda atau membatalkan keputusan investasi di China.

Keputusan Trump untuk menunda kenaikan tarif disambut dengan reaksi beragam antara lega dan khawatri dari pelaku industri dan anggota parlemen AS.

Sebagian besar dari mereka muak dengan apa yang mereka sebut sebagai kegagalan China untuk memenuhi komitmen Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

Beberapa pelaku industri dan anggota parlemen AS telah menyatakan kekhawatiran jika Trump justru menyetujui kesepakatan baru yang dapat memancing peningkatan penjualan komoditas ke Beijing namun tidak memberikan perubahan signifikan pada restorasi terhadap kebijakan bisnis China.

Padahal, selama hampir delapan bulan tarik-ulur tarif perdagangan, pasar keuangan mengalami sejumlah guncangan, rantai pasokan manufaktur terganggu, hingga penyusutan ekspor pertanian AS.

Kembali ke pidato kenegaraan Trump yang disampaikan pada 5 Februari lalu, dia mengatakan bahwa perjanjian dagang dengan China akan mencakup perubahan struktural yang nyata untuk mengakhiri kecurangan pada praktik perdagangan, mengurangi defisit perdagangan serta menjaga lapangan kerja AS.

Namun, saat tenggat waktu 1 Maret semakin dekat, Trump menujukkan sikap yang lebih santai untuk mencetak kebijakan dagang baru, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa sikapnya justru ini akan membuat usaha negosiasi Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, menjadi sia-sia


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper