Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakistan & India Bersitegang Terkait Kashmir, PBB Diminta Intervensi

Hubungan India dan Pakistan menegang dalam beberapa hari terakhir setelah India menuding Pakistan terlibat dalam serangan bom bunuh diri di Kashmir
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan/Reuters
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Pakistan mengajukan permintaan resmi ke Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Gutteres untuk membantu meredakan konflik negaranya dengan India yang meningkat menyusul ledakan di Kashmir beberapa waktu lalu.

"Dengan rasa urgensi, saya meminta perhatian Anda pada situasi keamanan yang memburuk di wilayah kami sebagai akibat dari ancaman militer India terhadap Pakistan," tulis Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi dalam suratnya kepada Gutteres sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (19/2/2019).

"Sangat penting untuk mengambil langkah untuk meredakan ketegangan ini. PBB harus melakukan intervensi," sambungnya.

Permintaan ini diajukan menyusul pernyataan Perdana Menteri India Narendra Modi yang mengungkapkan bahwa negaranya akan mengeluarkan "respons kuat" sebagai tanggapan atas ledakan bom bunuh diri yang menewaskan setidaknya 40 anggota militer India di Kashmir pekan lalu.

Serangan tersebut telah diklaim oleh kelompok militan yang berbasis di Pakistan Jaish-e Mohammad. Kelompok itu mengingkan wilayah sengketa Kashmir menjadi bagian dari Pakistan secara keseluruhan.

Kendati demikian, Pemerintah India menuding Islamabad terlibat dalam gerakan militan tersebut. Tuduhan tersebut dibantah oleh Pakistan.

"Mengaitkannya tanpa bukti ke Pakistan adalah hal yang tak masuk akal, investigasi yang kredibel untuk menyelidiki insiden di Pulawana perlu dilakukan terlebih dahulu," ujar Qureshi.

Kawasan Jammu dan Kashmir yang mayoritas berpenduduk muslim telah menjadi sumber sengketa sejak 1947 ketika India dan Pakistan merdeka dari Inggris.

Kedua negara sama-sama mengaku wilayah tersebut adalah milik mereka. Selama berpuluh-puluh tahun sengketa tersebut, telah terjadi dua perang terbuka, salah satunya pada 1989 yang menewaskan puluhan ribu orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper