Bisnis.com, JAKARTA -- Oposisi Venezuela mengumumkan pusat penerimaan bantuan yang baru setelah Presiden Nicolas Maduro menutup akses bagi pihak asing yang ingin memberikan pasokan kebutuhan sehari-hari ke negara krisis tersebut.
Juan Guaido, pemimpin oposisi yang kini sudah diakui oleh 50 negara sebagai presiden interim Venezuela, mengatakan bahwa pusat bantuan baru itu sangat dibutuhkan karena sekitar 300.000 warga berisiko meninggal karena krisis.
Duta Besar Guaido untuk Brasil, Maria Teresa Belandria, mengungkapkan bahwa pusat bantuan itu akan dibangun di Roraima yang berlokasi dekat perbatasan tenggara Venezuela.
“Kami akan mendistribusikannya ke seluruh pelosok negara untuk memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk sehingga kami dapat menangani krisis ini," ujarnya sebagaimana dilansir CNN.com, Selasa (12/2/2019).
Namun, Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino mengumumkan bahwa angkatan bersenjata akan dikerahkan di sepanjang perbatasan.
Sebelumnya, Guaido sudah memperingatkan militer, yang masih setia kepada Maduro, agar tidak memblokade bantuan kemanusiaan. Dia juga menyebut pemblokiran akses bantuan kemanusiaan tersebut hampir mirip pembunuhan massal dan militer kemungkinan bertanggung jawab atas kematian 40 demonstran dalam unjuk rasa anti Maduro sejak 21 Januari 2019.
Di tengah unjuk rasa menolak Maduro itulah Guaido memproklamirkan diri sebagai pemimpin interim Venezuela. Dia langsung mendapatkan dukungan dari AS dan puluhan negara lain.
Maduro yang masih memegang sumpah sebagai Presiden Venezuela pun menolak bantuan AS itu karena menganggapnya sebagai "pertunjukan politik."
Di bawah kepemimpinan Maduro, warga Venezuela harus berjuang untuk mendapatkan kebutuhan dasar di tengah hiperinflasi yang membuat gaji dan tabungan mereka tak berharga.