Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intelijen AS: Korut Tak Mungkin Serahkan Semua Senjata Nuklirnya

Laporan intelijen Amerika Serikat menyebut bahwa Korea Utara (Korut) tidak mungkin menyerahkan senjata nuklir mereka sepenuhnya.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi Hotel Marina Bay Sands di Singapura, 11 Juni 2018./Reuters
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi Hotel Marina Bay Sands di Singapura, 11 Juni 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Laporan intelijen Amerika Serikat menyebut bahwa Korea Utara (Korut) tidak mungkin menyerahkan senjata nuklir mereka sepenuhnya.

Dalam presentasi di hadapan para anggota Senat AS, Direktur Intelijen Nasional, Dan Coats, dan petinggi badan intelijen lainnya memaparkan kepemilikan senjata nuklir "sangatlah penting bagi keberadaan rezim" Korut.

Menurut laporan intelijen tersebut, Korea Utara "kemungkinan tidak menyerahkan" pasokan senjata. Selain itu, rezim tersebut memproduksi senjata saat merundingkan "langkah-langkah denuklirisasi parsial guna memperoleh konsesi penting dari AS dan internasional". 

Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong-un, pada Februari mendatang.

Pertemuan itu merupakan yang kedua setelah tatap muka di Singapura, Juni 2018, untuk merundingan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Meski demikian, topik itu hanya mengalami sedikit kemajuan sejak pertemuan tersebut.

Laporan intelijen bertajuk 'Tinjauan Ancaman Dunia' itu juga menyoroti berkembangnya ancaman dari Cina dan Rusia yang "semakin sejalan sejak pertengahan 1950-an" sebagaimana dikutip BBC.com, Rabu (30/1/2019).

 Kedua negara disebutpunya kemampuan "mata-mata siber" canggih, yang mungkin bakal digunakan untuk mempengaruhi Pemilihan Presiden AS 2020.

 Di Timur Tengah, laporan intelijen AS menyebut kelompok ISIS belum dikalahkan, walau Trump mengatakan sebaliknya.

Kendati kemungkinan tidak bertujuan mengambil wilayah baru, laporan itu menyebut ISIS akan mencoba "mengeksploitasi ketidakpuasan kaum Sunni, ketidakstabilan masyarakat, dan pasukan keamanan yang lemah untuk mengambil alih wilayah di Irak dan Suriah dalam jangka panjang".

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper