Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Amerika Serikat diperkirakan kehilangan setidaknya US$3 miliar atau setara dengan Rp42,2 triliun akibat penutupan sebagian layanan pemerintahan (partial shutdown).
Shutdown terlama dalam sejarah AS yang berakhir untuk sementara pada Jumat (25/1/2019) itu terjadi karena Presiden Donald Trump dan Kongres berselisih mengenai anggaran untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko.
Besaran kerugian ekonomi AS tersebut diestimasi oleh peneliti anggaran Kongres. Mengutip Reuters, Selasa (29/1/2019), kerugian terjadi karena hilangnya produktivitas sekitar 800.000 pekerja yang harus dirumahkan karena tak menerima gaji selama shutdown dan berhentinya sejumlah layanan pemerintah federal yang vital.
Kantor Anggaran Kongres (CBO) juga memperkirakan dampak shutdown juga akan membuat perekonomian AS lebih kecil 0,02% dari target 2019. Efek yang lebih signifikan dirasakan terutama oleh individu yang bekerja dan menjalankan bisnis, terutama mereka yang harus memenuhi kebutuhan tanpa dibayar selama shutdown.
Secara keseluruhan, CBO menyatakan ekonomi AS kehilangan US$11 miliar selama penutupan layanan pemerintah. Sekitar US$8 miliar diperkirakan akan pulih seiring pembukaan kembali pemerintah dan para pekerja menerima upah mereka.
Shutdown terlama dalam sejarah AS berakhir pada Jumat pekan lalu ketika Trump dan Kongres menyetujui pendanaan sementara pemerintah, tanpa uang untuk tembok perbatasan AS-Meksiko dan berlaku hingga 15 Februari.
Trump, meski menyerah dan memutuskan menyetujui pendanaan sementara, tetap bersikeras pembangunan tembok perbatasan tetap diperlukan untuk menjamin keamanan. Ia bahkan mengancam akan kembali menutup layanan pemerintah jika permintaannya kembali tak terpenuhi. Ia bahkan mempertimbangkan mendeklarasikan status darurat nasional untuk mewujudkan ambisi itu.