Kabar24.com, JAKARTA – Nasib pekerja federal Amerika Serikat (AS) yang terdampak penutupan sebagian layanan pemerintah (partial government shutdown) terombang-ambing. Tapi setidaknya dengan kondisi ini mereka bisa mendapatkan bir gratis.
Inisiatif bir gratis tersebut diberikan oleh sebuah komunitas di wilayah Washington untuk menyemangati suasana hati para pegawai pemerintahan yang tengah dilanda kesulitan finansial karena sekian lama tak diperkerjakan.
Sebuah grup ad hoc, bernama Pay It Furloughed, telah membuat situs web yang memungkinkan pekerja federal yang dirumahkan atau pun harus bekerja tanpa bayaran untuk mengambil satu atau dua bir di beberapa tempat pembuatan bir di Washington.
“Kami merasa frustrasi dengan kurangnya kepemimpinan di Washington D.C. dan dampak negatif dari government shutdown terhadap ratusan ribu teman, tetangga, dan anggota komunitas kami,” demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan Pay It Furloughed.
Grup ini didirikan oleh dapur komunitas Washington Mess Hall, penulis makanan Nevin Martell, pengembang aplikasi 3Advance, dan firma humas Quixotic.
“Bir gratis adalah cara yang bagus untuk menyemangati seseorang ketika sedang bersedih,” tulis mereka, seperti dilansir Reuters.
Situs web mereka juga diinformasikan menerima bayaran kartu kredit dari siapa saja yang ingin menyumbangkan minuman.
Hingga Rabu sore (16/1/2019) waktu setempat, terhitung ada hampir 1.500 bir yang tersedia. Pekerja yang menginginkan bir gratis dapat mengklik sebuah tautan dalam situs web itu.
Mereka kemudian dapat mengunjungi tempat-tempat pembuatan bir yang ditunjuk, untuk memperoleh bir gratis setelah menunjukkan kartu identitas sebagai pekerja federal.
“Anda dipersilakan untuk memanfaatkannya,” terang situs itu yang juga mengingatkan para pekerja untuk minum bir sewajarnya.
Shutdown pemerintah AS hingga Rabu (16/1) telah memasuki hari ke-26. Belum juga ada tanda-tanda dari Gedung Putih yang dipimpin Presiden Donald Trump atau pun Kongres AS mengenai negosiasi untuk mengakhirinya.
Pada Rabu sore waktu setempat, mayoritas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS memilih meloloskan serangkaian perundang-undangan terbaru untuk mengakhiri shutdown.
Langkah itu akan memberikan anggaran sebesar US$12,1 miliar untuk bantuan bencana serta membuka kembali sembilan departemen federal dan lusinan lembaga pemerintahan yang ditutup sampai 8 Februari.
Tetap saja, RUU itu tidak mencakup anggaran yang diminta Trump untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko. Kubu Trump jelas-jelas menentangnya. Hanya enam suara dari Partai Republik yang mendukung RUU itu, seperti dilansir Bloomberg.