Kabar24.com, JAKARTA — Debat kampanye dua kontestan Pemilu Presiden 2019 diprediksi bakal berdampak elektoral bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden bila mampu digemakan oleh tim sukses di dunia maya.
Pengajar Program Studi Magister Komunikasi UIN Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan efek debat pada kontestasi tahun ini berbeda dari Pilpres 2014. Dalam kurun 5 tahun ini terjadi perubahan arus informasi dengan tingginya pengakses media sosial dan aplikasi instan, termasuk untuk memperbincangkan politik.
Akibatnya, debat yang ditonton melalui televisi dapat dikapitalisasi oleh pendukung di dunia maya secara lebih luas. Karena itu, capres dan cawapres berupaya menghindarkan blunder yang dapat dimanfaatkan kompetitor untuk menggerus elektabilitas.
“Kanal-kanal informasi warga bisa punya efek domino setelah debat selesai. Debat mungkin dua jam, tetapi resonansinya tiga hari sampai seminggu dan bisa mendelegitimasi paslon atau melegitimasi dirinya,” katanya dalam satu diskusi di Jakarta seperti ditulis Senin (14/1/2019).
Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia pada 16—26 Desember 2018, sebanyak 49,8% pemilih pemilu di Tanah Air telah terhubung dengan internet. Pada Maret 2014, penetrasi dunia maya baru menjangkau 19,9% pemilik hak pilih.
Dari sisi komunikasi politik, Heryanto mengatakan debat kampanye mempengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voter) dan pemilih mengambang (swing voter). Merujuk pada berbagai survei, imbuh dia, pemilih dua kategori tersebut berkisar 25% dari total pemilik suara.
Adapun, selisih elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dalam berbagai survei pada kisaran 15%-20%. Menurut Heryanto, lima agenda debat antara dua kontestan memungkinkan terjadinya persuasi terhadap pemilih yang belum menentukan pilihan dan mengambang.
“Elektabilitas dua kandidat ini stagnan. Ketika stagnan maka persuasi di manajemen isu dan konflik sangat menentukan, termasuk debat,” ujarnya.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Priyo Budi Santoso, menyadari efek debat buat pemilih mengambang dan belum menentukan pilihan. Untuk itu, kata dia, Prabowo-Sandiaga sudah menyiapkan diri untuk tampil pada debat 17 Januari yang bertema penegakan hukum, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme.
Di samping menonjolkan kelebihan, pasangan nomor urut 02 tersebut akan memanfaatkan celah kekurangan pemerintahan Jokowi. Meski demikian, Priyo menjamin debat bakal berlangsung dalam suasana elegan.
“Debat ini akan mempengaruhi sekali bagi elektabilitas. Tren survei [Jokowi-’Maruf dengan Prabowo-Sandiaga] bedanya 15%, terakhir melorot menjadi 6%. Masih ada lima debat [untuk mengejar],” tuturnya di tempat yang sama.
Terpisah, Anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Zuhairi Misrawi, memastikan pasangan nomor urut 01 tersebut siap meladeni Prabowo-Sandiaga. Menurutnya, Jokowi-Ma’ruf akan menampilkan program unggulan yang telah dan akan dikerjakan.
“Sehingga publik bisa menilai mana nanti yang berhak memimpin Indonesia,” ujarnya.
Idealnya, Zuhairi mengatakan penyampaian visi, misi, dan program atau pradebat sudah dijadwalkan sejak awal masa kampanye. Dengan demikian, kampanye bisa diwarnai dengan adu gagasan ketimbang polemik yang tidak substantif seperti 3 bulan ini.