Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Gabon Tangkap 4 Perwira Atas Upaya Kudeta Presiden Ali Bongo

Para anggota militer yang berupaya melakukan kudeta menilai Presiden Gabon Ali Bongo tidak mampu memimpin dengan kondisinya yang meragukan
Presiden Gabon Ali Bongo/Reuters-Tiksa Negeri
Presiden Gabon Ali Bongo/Reuters-Tiksa Negeri

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Gabon mengklaim telah menahan empat perwira yang melakukan upaya kudeta pada Senin (7/1/2019) pagi.

Para anggota militer tersebut sebelumnya merebut radio milik pemerintah dan menyatakan ketidakpuasan terhadap Presiden Ali Bongo, pemerintah mengatakan mereka ditahan beberapa jam setelah upaya kudeta itu.

Juru bicara pemerintah Guy-Bertrand Mapangou mengatakan kepada Reuters bahwa empat dari lima petugas yang telah mengambil alih radio negara di ibukota Libreville ditangkap. Petugas kelima berhasil melarikan diri dan tengah dalam pengejaran.

Namun, pernyataan tersebut disanggah seorang sumber militer yang mengatakan dalang upaya kudeta itu belum ditahan.

Di luar stasiun radio, tentara loyalis menembakkan gas air mata untuk membubarkan sekitar 300 orang yang turun ke jalan untuk mendukung upaya kudeta, kata seorang saksi mata Reuters.

Dalam sebuah pesan radio pada pukul 4:30 pagi (0330 GMT), Letnan Kelly Ondo Obiang, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang perwira Pengawal Republik, menyatakan keraguannya atas pidato Tahun Baru yang disampaikan Presiden Bongo dari Maroko di mana ia tengah menjalani proses pemulihan stroke.

"Pidato itu memperlihatkan bahwa ia tak mampu terus melaksanakan tanggung jawabnya sebagai presiden," kata Ondo Obiang.

Ia mengungkapkan pidato Bongo tidak jelas dan Bongo tampak tidak bisa menggerakkan lengan kanannya. Tidak jelas apakah dia bisa berjalan.

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Ondo terlihat di sebuah studio radio mengenakan seragam militer dan baret hijau ketika ia membaca pernyataan itu. Dua tentara lain dengan senapan serbu besar berdiri di belakangnya.

Ondo mengatakan kudeta itu dilakukan oleh sebuah kelompok yang disebut Gerakan Patriotik Pasukan Pertahanan dan Keamanan Gabon. Gerakan itu disebut sebagai aksi perlawanan terhadap pihak yang menyebabkan pertumpahan darah pada 31 Agustus 2016, referensi terhadap Pemilihan Umum penuh kontrovesi yang berhasil dimenangkan Bongo.

Bongo (59) dirawat di rumah sakit pada Oktober di Arab Saudi setelah menderita stroke. Dia telah berada di Maroko sejak November untuk melanjutkan perawatan.

Keluarga Bongo telah memerintah negara penghasil minyak itu selama hampir setengah abad. Bongo telah menjadi presiden sejak menggantikan ayahnya, Omar, yang meninggal pada tahun 2009. Pemilihannya kembali pada tahun 2016 dinodai oleh klaim penipuan dan protes kekerasan.

Bongo memenangkan pemilihan pada 2016 dengan kurang dari 6.000 suara, memicu bentrokan mematikan antara pengunjuk rasa dan polisi di mana gedung parlemen dibakar.

Uni Eropa mengatakan mereka menemukan anomali selama pemilihan di provinsi kubu Bongo di Haut-Ogooue, di mana ia memenangkan 95% dengan partisipasi 99,9%.

Bongo dan anggota pemerintahannya kerap menjadi sasaran kecurigaan dari pemerintah asing terkait dugaan korupsi, termasuk pemanfaatan sistem finansial Amerika Serikat untuk mencuci aset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper