Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deratan Mimpi Bani Seventeen Pergi Bersama Gelombang Tsunami

Grup band Seventeen yang sedang tampil di Pantai Tanjung Lesung, Banten, terkena gelombang tsunami dari arah belakang panggung.
Beberapa orang berdatangan ke rumah orang tua Bani di Gamping Tengah, RT04/RW15, Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman./JIBI - Yogi Anugrah
Beberapa orang berdatangan ke rumah orang tua Bani di Gamping Tengah, RT04/RW15, Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman./JIBI - Yogi Anugrah

Bisnis.com, SLEMAN — Sebuah video amatir kurang dari satu menit beredar di media sosial memperlihatkan personel grup band Seventeen yang sedang tampil di Pantai Tanjung Lesung, Banten, terkena gelombang tsunami dari arah belakang panggung.

Pembetot bas band tersebut, M. Awal Purbani, biasa disapa Bani, ikut jadi korban jiwa. Berikut laporan wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) Harian Jogja, Yogi Anugrah dan Rahmat Jiwandono.

Minggu (23/12/2018) pagi, cuaca di Jogja cukup cerah, tetapi mendung menaungi sebuah rumah di Gamping Tengah, RT04/RW15, Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman. Rumah kuning itu sudah dipadati orang, kursi-kursi disusun, bendera putih dikibarkan.

Pria berusia 57 tahun berdiri di depan rumah, menyalami orang-orang yang datang sambil sesekali bercengkerama. Wajahnya terlihat redup.

Ia mendapat kabar putra pertamanya meninggal dunia pada Minggu tepat tengah malam. Putri ketiganya, Ana Rahmadiana, mengirimkan foto saat Bani naik ke panggung mengenakan pakaian kaus putih dengan garis hitam seperti zebra.

“Saya sempat menanyakan ke istri saya apa benar Bani punya kaus seperti itu, ternyata istri saya menjawab Bani memang punya kaus itu,” ujar pria itu, Fajar Wibowo, ayah Bani.

Tiga jam kemudian, kru mengirimkan foto yang memperlihatkan Bani dalam posisi telungkup setelah tsunami reda.

“Awalnya keluarga tidak percaya bahwa itu Bani.”

Kemudian, kabar duka datang dari vokalis Seventeen yang menyampaikan kepada istri Bani. Keluarga akhirnya percaya.

Dua hari lalu, Bani masih berkomunikasi dengan ibunya, Marjinah, melalui Whatsapp. Ia berpesan akan membantu biaya sekolah sang adik.

“Tetapi Allah sudah berkehendak lain,” ucap dia.

Bani mempunyai tiga adik perempuan: Nuzulita Nur Khasanah, Ana Rahmadiana, dan Solihah Risty, serta satu adik laki-laki, Irfansyah Bintang Wibawa.

“Dulu Bani menikahnya agak telat karena membantu membiayai adik-adiknya sekolah,” kata Fajar.

Saat masih bersekolah di SMK Jetis, Bani mengambil jurusan gambar bangunan, tetapi kemudian memilih menekuni musik. Akhirnya Bani bisa kuliah mengambil jurusan psikologi di Universitas Mercu Buana Yogyakarta dengan biaya sendiri.

Dalam keseharian, Bani dikenal sebagai pribadi yang baik terhadap teman dan tetangganya.

“Setiap lebaran, saya selalu dikasih sodaqoh [sedekah],” kata Sartilah, perempuan 60 tahun yang menjadi tetangga Bani di Gamping Tengah.

Sehari-hari, Bani sibuk bermusik. Dia sering kali mampir ke rumah orang tuanya ketika libur.

“Kalau ke sini bareng anaknya yang berumur tiga tahun dan istrinya yang saat ini sedang hamil,” kata Fajar.

“Saya terakhir kali ketemu dengan Nak Bani 4 Desember lalu.”

Bani yang meninggal dunia di usia 36 tahun sebenarnya punya banyak rencana di luar pekerjaannya sebagai anak band. Dia berniat merintis usaha sablon kaus setelah tahun baru ini.

“Bareng temennya dari Klaten, mau buka usaha dia,” ujar sang ayah.

Bani meninggalkan seorang anak dan istri yang tengah mengandung anak kedua dari Bani. Anaknya yang pertama adalah perempuan, saat ini umurnya dua tahun. Istrinya, Cindri Wahyudni, berprofesi sebagai dokter umum yang pernah praktik di Sumbawa. Bani menikah dengan Cindri pada 2014.

“Bani sempat bilang ke istrinya untuk pindah kerja saja di Jogja, kebetulan dia sudah dapat izin mutasi ke salah satu klinik di Sleman,” kata Fajar.

Jenazah Bani akan dimakamkan pada Senin (24/12) ini di Taman Permakaman Umum (TPU) Gamping Tengah.

“Jenazah Bani diberangkatkan dari Banten ke Jakarta, dari Jakarta ke Jogja.”

Bani bersama personel Seventeen lainnya datang ke Tanjung Lesung untuk mengisi acara pertemuan yang digelar PT PLN. Sebagian dari mereka turut serta membawa keluarga. Seventeen tampil di panggung yang berdiri tidak jauh dari bibir pantai.

“Jarak panggung yang dipakai oleh Seventeen sekitar tiga hingga empat meter dari pantai. Tiba-tiba gelombang datang dari arah belakang panggung tanpa adanya tanda-tanda, saya dengar infonya saat itu Seventeen baru membawakan dua lagu,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Nasioan (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.

Tak Diduga

Sebelum naik panggung, Riefian Fajarsyah atau karib dipanggil Ifan, melihat bara erupsi Gunung Anak Krakatau dari Tanjung Lesung. Dari tepi pantai yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Anak Krakatau itu, vokalis band yang melambung berkat lagu Jaga Selalu Hatimu itu melihat bara yang terus menyala dari puncak gunung.

“Itu suasananya tenang banget, ombaknya kecil, anginnya juga enggak ada. Tenang memang tenang,” ujar Ifan saat wawancara siaran langsung dengan TV One, Minggu.

Gelombang kemudian ujug-ujug menyapu panggung.

“Kami enggak nyangka. Memang dari kejauhan kami sempat ngelihat baranya Anak Krakatau. Cuma kami enggak nyangka saja ada gelombang.”

Personel Seventeen dan peserta gathering PLN tidak sempat menyelamatkan diri. Ifan sempat terombang-ambing di laut sebelum akhirnya selamat. Namun, tidak dengan personel Seventeen lainnya. Bani dan gitaris Herman Sikumbang ditemukan meninggal. Begitu juga Road Manager Oki Wijaya dan seorang kru, Ujang. Drumer Andi Windu Darmawan belum ditemukan.

Pesohor yang jadi korban tsunami Selat Sunda tak cuma Seventeen.

Komedian Aa Jimmy yang kerap tampil ala pendakwah AA Gym itu menjadi pembawa acara dalam gathering dan dia meninggal dunia. Istri Aa Jimmy belum ditemukan.

“Aa Jimmy meninggal dunia, kebetulan saya lihat sendiri jenazahnya di pantai,” kata Ifan.

Sebanyak 29 orang yang ikut gathering PLN meninggal dunia terhempas gelombang.

“Ada 13 orang belum ditemukan dan 157 orang selamat,” kata Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka.

Pertemuan PLN di Tanjung Lesung itu diikuti 199 orang, yakni para pegawai dan keluarga. Mereka yang selamat dibawa ke tiga rumah sakit (RS), yaitu RS Puri Cinere, RS Premier Bintaro, dan RS Siloam Bintaro.

Tsunami terjadi saat deretan pantai di Pandeglang hingga Serang dipadati wisatawan yang menikmati libur akhir tahun. Sebagian korban adalah pelancong yang terjebak dalam reruntuhan hotel atau bangunan lainnya.

“Korban yang meninggal itu yang banyak ada di vila atau di resort atau cottage. Mungkin lagi liburan,” kata Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian setelah meninjau lokasi pantai yang disapu tsunami di Pandeglang.

Para penyintas, terutama wisatawan, rata-rata terpisah dari rombongan. Sebagian dari mereka kebingungan harus mencari sanak famili.

Tsunami itu menyebabkan sedikitnya sembilan hotel dan puluhan vila rusak. Ketua Harian Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten Ashok Kumar mengatakan saat ini tingkat hunian hotel di wilayah Anyer dan sekitarnya sudah mencapai 90%.

Kebanyakan, para tamu sudah memesan penginapan untuk berlibur. Namun, banyak yang kemudian membatalkan order. Pelancong yang sudah menginap di sana juga berbondong-bondong pulang lebih awal.

“Siapa yang enggak takut kalau tsunami terjadi,” kata Ashok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Harian Jogja
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper