Bisnis.com, JAKARTA - Majalah Der Spiegel dari Jerman memecat Claas Relotius setelah dirinya diketahui telah membuat berita karangan dalam beberapa tahun terakhir. Namanya diketahui sebagai seorang staf penulis dan pemenang salah satu penghargaan bergengsi.
"Kebenaran dan kebohongan kacau dalam teksnya," kata Der Spiegel di situs webnya seperti dilansir Reuters, Rabu (19/12/2018).
Beberapa dari sekitar 60 cerita yang ditulis Relotius sejak 2011 dinilai akurat, akan tetapi yang lain "benar-benar dihiasi dengan kutipan yang dimanipulasi atau fantasi fakta lainnya," katanya.
Di antara kisah-kisah palsu karangannya adalah artikel tentang narapidana Guantanamo yang ditahan secara salah, tentang anak-anak yang diculik oleh Negara Islam di Suriah, dan tentang seorang wanita yang menghadiri eksekusi hukuman mati sebagai saksi di Amerika Serikat.
Spiegel mengatakan pihaknya segera menghentikan kontrak kerjanya. Relotius, yang berusia 33 tahun dan mulai menulis untuk Der Spiegel pada tahun 2011, tidak dapat dimintai komentar.
Der Spiegel mengatakan editor senior Relotius bertemu dengannya setelah seorang rekan jurnalis di majalah itu menyimpan kecurigaan. Relotius kemudian mengakui bahwa dia telah mengarang isi sejumlah artikel yang telah ditulisnya.
Der Spiegel mengatakan insiden itu menandai hal ini sebagai kondisi titik terendah dalam 70 tahun sejarah majalah itu dan meminta maaf atas tindakannya.
Dari 14 artikel yang ditulis untuk Spiegel bahkan memenangkan sejumlah penghargaan. Padahal tulisannya tidak memenuhi standar jurnalistik.
"Claas Relotius bertindak dengan niat, secara metodis dan dengan tingkat energi kriminal yang tinggi," kata keterangan resmi majalah itu. Dalam laporan tersebut majalah itu menambahkan bahwa Spiegel telah menulis dan mengutip orang-orang yang belum pernah dia temui atau diajak bicara.
Relotius mengatakan kepada editornya bahwa hal yang dilakukannya lantaran dirinya takut gagal di tengah kesuksesan yang diraihnya. "Tekanan untuk tidak gagal menjadi semakin besar, semakin menjadikam saya sukses," kata Relotius menurut Der Spiegel.
Relotius baru-baru ini memenangkan penghargaan pada awal Desember, untuk cerita tentang seorang anak di Suriah yang dilanda perang. Asosiasi wartawan Jerman, yang memberikan penghargaan mengaku terkejut dan marah atas kabar kebohongan tersebut.