Bisnis.com, JAKARTA – Berita mengenai gejolak nilai tukar yang dinilai masihi berlanjut serta perlambatan laju ekonomi Asia Tenggara menjadi sorotan media massa hari ini, Kamis (6/12/2018).
Berikut ringkasan topik utama di sejumlah media nasional:
Nilai Tukar Masih Akan Bergejolak. Meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China untuk sementara waktu dinilai belum cukup meredam volatilitas pergerakan nilai tukar mata uang pasar negara berkembang (emerging market/EM) pada tahun depan. (Bisnis Indonesia)
Laju Ekonomi Singapura dan Malaysia Paling Berat. The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) memperkirakan pertumbuhan kawasan Asia Tenggara akan melambat menjadi 5% pada tahun depan, dari proyeksi 5,3% pada tahun ini. (Bisnis Indonesia)
Kawal Janji OPEC. OPEC dan sekutunya mematangkan kemungkinan pemangkasan produksi minyak mentah hingga 1,3 juta barel per hari. Rusia sebagai sekutu masih alot mengikuti rencana itu sehingga belum muncul kesepakatan baru. (Bisnis Indonesia)
Otomotif Jerman Terimbas. Tensi hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berimbas negatif ke industri otomotif Jerman. Asosiasi industri otomotif Jerman (VDA) menyatakan, penjualan mobil Jerman ke China akan turun di tahun ini. Padahal, China adalah pasar paling penting dan secara historis merupakan pasar dengan pertumbuhan tertinggi. (Kontan)
Ekonomi Australia Tumbuh Lambat. Ekonomi Australia tumbuh melambat pada kuartal III 2018 karena konsumen negara ini menahan diri untuk berbelanja. Laporan Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan ekonomi Australia meningkat 0,3% pada kuartal III-2018, setengah dari perkiraan ekonom. Kondisi ini menekan nilai tukar mata uang dollar Australia (AUD) seiring keengganan investor memegang mata uang ini. (Kontan)
China Akan Impor Lagi Kedelai dari AS. Pasca gencatan senjata dengan Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu, China mulai menunjukkan komitmennya. Kementerian Perdagangan China mengatakan, Beijing akan mulai menerapkan item tertentu dengan cepat setelah ada konsensus dengan AS. China juga akan mendorong negosiasi perdagangan dalam 90 hari mendatang dengan AS seperti jadwal dan peta jalan yang telah disepakati. (Kontan)