Bisnis.com, JAKARTA – Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I milik BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) hari ini Jumat (9/11/2018) akan menggunakan alat baru bernama Acoustic Release Transporder untuk melacak sinyal CVR (cockpit voice recorder) Lion Air PK-LQP.
Posisi CVR tersebut diyakini terbenan ke dalam lumpur sedalam lebih dari 1 meter, sehingga sinyalnya melemah bahkan sulit tertangkap alata pendeteksi USBL (Ultra-Short BaseLine), yang sukses menemukan posisi kotak hitam FDR (flight data recorder) Lion Air PK-LQP Kamis (2/11/2018) pekan lalu.
Menurut keterangan resmi dari Tim Baruna Jaya I fungsi alat Acoustic Release Transporder tersebut sama seperti USBL.
"Pagi ini (9/11), tim survei sedang melakukan instalasi Acoustic Release Transporder di K.R. Baruna Jaya I, cara kerja alat ini hampir sama dengan USBL," tulis keterangan resmi yang dipublikasikan melaui akun twitter resminya @Barunajaya_BPPT Jumat (9/11/2018).
Kapal Baruna Jaya I saat ini sendirian mencari kotak hitam VCR tersebut dan tidak lagi ditemani KRI Rigel milik TNI AL serta kapal Teluk Bajau Victory milik Pertamina.
Terakhir kalinya ketiga kapal itu masih bersama-sama memburu kotak hutam VCR Lion Air PK-LQP adalah Rabu (7/11/2018).
Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat ini masih melakukan operasi pencarian di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Laut Jawa.
— BPPT RI (@BPPT_RI) November 9, 2018
Yuk, Simak misi dan alat canggih Kapal Riset Baruna Jaya I BPPT @Barunajaya_BPPT pic.twitter.com/pkiUNXToWF
Namun, mulai kamis (8/11/2018) Kapal Baruna Jaya I sendirian memburu kotak hitam VCR tersebut bahkan harus bermalam di tengah laut.
Berdasarkan data marinetraffic.com, Baruna Jaya I lego jangkar di sebelah utara Pantai Tanjung Pakis dengan jarak sekitar 18 kilometer dari bibir pantai.
Apakah alat Acoustic Release Transporder tersebut mampu mendeteksi keberadaan kotak hitam VCR Lion Air PK-LQP tersebut? Kita tunggu saja.