Bisnis.com, JAKARTA – Sistem penyaluran bantuan sosial non tunai Program Keluarga Harapan telah menyasar hingga 10 juta Keluarga Penerima Manfaat dengan anggaran sebesar Rp17,4 triliun.
Jumlah ini meningkat sangat signifikan dibandingkan pada awal peluncurannya di tahun 2007. Saat itu, PKH hanya menyasar 392 keluarga penerima manfaat (PKM) dengan anggaran sebesar Rp843 miliar.
Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan program ini berhasil menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.
“Didukung oleh hasil penelitian BPS 2016 menunjukkan bahwa dengan jumlah anggaran yang sama, PKH paling efektif dalam menurunkan kemiskinan dan kesenjangan dibandingkan program bantuan lain,” tuturnya, dalam rilis yang diterima Bisnis, Kamis (20/9/2018)
Doktor Ilmu Sosial Unpad ini memaparkan berdasarkan hasil kajian evaluasi dampak jangka panjang oleh World Bank dan NBER 2018, PKH berdampak penting dalam kesehatan dan pendidikan sejalan dengan bantuan tunai bersyarat atau dikenal dengan Conditional Cash Transfer (CCT) lainnya.
Diantaranya peningkatan konsumsi perkapita 5-10 PP, peningkatan pengeluaran makanan protein 6,8 PP, 27% penurunan stunting dan pengurangan pekerja anak.
Baca Juga
Harry menerangkan Data BPS tentang Poverty Rate menunjukkan tren penurunan populasi kemiskinan, sejak PKH digulirkan tahun 2007 di angka 37,17 Juta.
Selanjutnya, September 2013 di angka 28,61 Juta dan secara signifikan terus menurun hingga 25,95 Juta atau 9,82 persen di Maret 2018.
"Rilis BPS 2018 menyebutkan penurunan kemiskinan 1 digit ini karena kontribusi bantuan sosial seperti PKH dan BPNT" terang Harry.