Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Pemberitaan Asia Sentinel, Moeldoko: Jangan Menduga-duga

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menyatakan pihak Partai Demokrat jangan terbawa perasaan mengenai satu foto yang menunjukkan dirinya berfoto dengan sejumlah orang, termasuk seorang yang disebut sebagai Lin Neumann, salah satu pendiri media yang berbasis di Hong Kong, Asia Sentinel.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menerima kunjungan tim Bisnis Indonesia, di Kantor Staf Presiden Jakarta, Jumat (6/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menerima kunjungan tim Bisnis Indonesia, di Kantor Staf Presiden Jakarta, Jumat (6/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Kabar24.com, JAKARTA —  Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menyatakan pihak Partai Demokrat jangan terbawa perasaan mengenai satu foto yang menunjukkan dirinya berfoto dengan sejumlah orang, termasuk seorang yang disebut sebagai Lin Neumann, salah satu pendiri media yang berbasis di Hong Kong, Asia Sentinel.

Asia Sentinel merupakan media berbahasa Inggris yang merilis tulisan mengenai kasus Bank Century, salah satu bank yang mendapatkan dana talangan triliunan rupiah pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kini masih menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat.

Setelah Asia Sentinel merilis tulisan kontroversial tersebut, pihak Partai Demokrat menyampaikan sejumlah tanggapan.

Salah satunya adalah tanggapan yang disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik.

Tanggapan itu disampaikan melalui cuitan di media sosial Twitter. Rachland mengunggah sebuah foto yang menunjukkan Moeldoko bersama sejumlah orang, termasuk yang disebut Rachland sebagai Lin. "Apakah Istana terlibat dalam fitnah pada SBY?" tulis Rachland.

Menanggapi cuitan media sosial yang kemudian dikutip oleh media massa tersebut, Moeldoko menyatakan pihak Demokrat jangan baper dengan menduga seperti itu.

"Jadi jangan buru-buru baper begitu menduga. Dilihat dulu latar belakangnya seperti apa. Menduga-duga, bagaimana. Kalau saya sebagai orang yang akan mengendalikan operasi intelijen, kira-kira itu operasi intelijen, bodoh banget saya terbuka begitu. Mungkin saya bisa nggak jadi Panglima TNI kalau begitu," kata Moeldoko yang menjabat sebagai Panglima TNI pada masa pemerintahan SBY.

Moeldoko menceritakan latar belakangan mengenai foto itu. Menurutnya, pada Mei 2018, Kantor Staf Kepresidenan menggelar diskusi dengan American Chamber. 

Dalam diskusi itu, Moeldoko menyampaikan sejumlah hal seperti perkembangan situasi politik dan keamanan di Indonesia. Pada saat itu, Moeldoko tidak mengetahui bahwa ada salah satu orang yang hadir itu terkait dengan Asia Sentinel.

"Jadi enggak ada kaitannya atau politik apapun. Itu hanya kepentingan Kepala Staf Kepresidenan untuk bisa memberi penjelasan kepada investor, para pengusaha-pengusaha luar [negeri], yang sudah menanamkan uangnya di dalam negeri dan kita ingin menarik investasi lain, yang ingin tahu tentang situasi negara. Itu poin pertama yang ingin saya sampaikan. Jangan mengkait-kaitkan dengan yang enggak-enggak," katanya.

Moeldoko kemudian memberi contoh. Pada suatu saat, dia bisa bertemu dengan kerumunan massa. Dalam kesempatan itu, dia bertemu dengan seorang perempuan yang ingin berfoto dengannya. Pada saat itu, sambung Moeldoko, bisa saja tangannya dipegang.

"Tapi sudah keburu difoto, jepret. Nah, (kemudian orang bilang) Pak Moeldoko ini berselingkuh. Kan nggak mungkin tangannya saya banting," kata Moeldoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper