Bisnis.com, JAKARTA - PT Merpati Nusantara Airlines terus berjuang agar dapat kembali mengudara. Maskapai yang dicabut izin terbangnya pada 1 Februari 2014, berharap sisa waktu Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang bisa dimaksimalkan sebaik mungkin.
Dari total 270 hari PKPU tetap yang diberikan kepada Merpati Nusantara Airlines untuk merekstrukturisasi utangnya, kini jatahnya tersisa 60 hari lagi. Di tengah kondisi yang kian mepet itu, angin segar menghampiri Merpati Nusantara Airlines.
Pasalnya, kini ada investor bernama PT Intra Asia Corpora masuk untuk mendampingi perusahaan yang berdiri pada 6 September 1962 ini. Intra Asia Corpora untuk tahap awal dipersiapkan menghidupkan lagi mesin maskapai Merpati Nusantara Airlines. Hal itu, diamini oleh kuasa hukum debitur Rizky Dwinanto kepada Bisnis.
Ada dua tahap, kata Rizky, peran dari Intra Asia Corpora dalam rencana bisnis yang ditawarkan kepada para kreditur saat rapat pembahasan proposal perdamaian di Pengadilan Negeri (PN) Niaga Surabaya (Jawa Timur).
Tahap pertama, paparnya, kehadiran Intra Asia Corpora adalah menyertakan modal untuk menggerakan manajemen perusahaan untuk membiayai perusahaan bisa beroperasional kembali untuk 2 tahun awal.
"Tahap kedua, setelah itu, Merpati memberikan saham kepada mitra strategis kami itu. Mereka [Intra Asia Corpora] nantinya sebagai pemegang saham. Jadi bertahap dulu, mitra strategis ini menyertakan modal dulu," kata Rizky, Rabu (12/9/2018) malam.
Rencana itu, bakal disampaikan oleh Merpati pada rapat kreditur yang rencana berlangsung pada dua pecan mendatang. Dewi fortuna sepertinya memang masih menaungi Merpati Nusantara Airlines.
Pasalnya, para kreditur memberikan kesempatan dua kali kepada debitur perpanjangan 30 hari lagi untuk mengoptimalkan proposal perdamaiannya.
Sedikit menilik ke belakang, Merpati Nusantara Airlines berstatus PKPU tetap, sejak diputuskan oleh PN Niaga Surabaya dengan No. 4/Pdt.Sus-PKPU/PN.Sby, pada 6 Februari 2018.
Tagihan Piutang
Kreditur yang mengajukan permohonan PKPU maskapai itu adalah PT Parewa Aero Katering, sebuah jasa makanan pemasok makanan ke maskapai tersebut dengan memiliki tagihan piutang mencapai Rp60 miliar.
Sebelum Parewa Aero Ketering mengajukan PKPU, ada dua perusahaan lain yang ingin menjebloskan Merpati Nusantara Airlines guna merekstrukturisasi utangnya di ranah pengadilan. Namun, permohonan untuk mempailitkan dan PKPU itu kandas pada 2016 lalu.
Dalam perjalanan waktu, saat Merpati Nusantara Airlines dinyatakan PKPU maka terungkap utang-utang lain dari maskapai itu kepada mitra lainnya.
Dari pencocokan utang tercatat utang kepada kreditur lain sebanyak Rp10,03 triliun yang tersebar di kreditur separatis, konkuren dan preferen.
Usai menggenggam investor atau mitra strategis yang siap membangunkan dari tidur panjangnya, Merpati Nusantara Airlines dinilai jangan membuang kesempatan emas tersebut.
Pengamat penerbangan Arista Atmadjati berpendapat, ini kesempatan bagi Merpati Nusantara Airlines muncul lagi di langit Tanah Air. Apalagi, menurutnya, industri penerbangan domestik Indonesia sedang tumbuh bagus-bagusnya saat ini.
CEO Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) ini mengatakan, pertumbuhan penerbangan domestik tahun ini sebesar 9%-10%. Pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan penerbangan global yang berkisar 5%.
"Marketnya Merpati Nusantara Airlines itu dahulu di Indonesia bagian Timur. Pasar itu masih memiliki potensi tumbuh besar daripada menggarap bandara-bandara yang berada di ibukota provinsi karena akan tergilas dengan maskapai lain yang punya nama," ujarnya.
Loyalitas Konsumen
Arista menuturkan, masyarakat juga masih ingat dengan maskapai yang lahir pada 6 September 1962 ini. Dia meyakini masih ada pengguna loyal dari maskapai tersebut.
"Orang selalu berujar, Merpati itu Garuda Indonesianya dengan logo sayap berwarna kuning. Kalau mau bermain di Indonesia Timur karena sudah terkenal sebagai pesawat perintis dulunya. Merpati itu lebih cocok berkompetesi jenis ATR atau di bawah set 70," kata Arista.
Selain mengangkut penumpang, menurutnya, Merpati Nusantara Airlines disarankan menggarap segmen logistik untuk membantu menopang pendapatan maskapai seiring dengan keberadaan pondasi pasar penerbangan domestik yang sudah kokoh.
Alvien Lie, pengamat penerbangan lain mengutarakan bukan berarti Merpati Nusantara Airlines bisa melenggang mulus menjadi bagian dalam industri penerbangan saat ini apabila lolos dari PKPU.
Dia menyatakan, maskapai ini praktis tinggal memiliki nama saja. Sementara itu, sarana dan prasarana tidak ada lagi, seperti armada pesawat. Apalagi nama Merpati, kata Alvien sudah lama mati seiring diberhentikan izin operasional penerbangannya oleh pemerintah.
"Praktis, investor nanti tinggal membeli nama Merpati, good will Merpati, hak cipta dan teknologi simulatornya. Saya tidak yakin anak usahanya, Maintenance Merpati bisa memulai usaha barunya nanti," kata dia.