Bisnis.com, JAKARTA -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameini memerintahkan militer Iran untuk memperkuat pertahanan negara seiring meningkatnya tensi dengan AS.
Hal itu disampaikan dalam situs resmi Khameini, Minggu (2/9/2018).
"Ayatollah Khameini mengatakan berdasarkan perhitungan politik, kemungkinan tidak akan terjadi perang senjata, tapi pasukan bersenjata tetap mesti waspada ... dan meningkatkan kapasitas peralatan serta personel mereka," papar situs tersebut, seperti dilansir Reuters, Senin (3/9).
Pada Sabtu (1/9), Iran mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas misil balistik dan rudal jelajahnya serta menambah pesawat tempur dan kapal selam guna memperkuat pertahanan negara, sejalan dengan keluarnya AS dari kesepakatan nuklir damai dengan Teheran dan negara-negara adidaya lainnya.
Rencana tersebut diumumkan usai Iran menolak tawaran negosiasi dari Prancis terkait masa depan rencana program nuklir Iran, pasokan misil balistiknya, serta peran negara Timur Tengah itu di perang Suriah dan Yaman.
Para pejabat senior Iran juga sudah menyatakan tengah mempertimbangkan keluar dari perjanjian nuklir damai itu setelah melihat paket ekonomi yang disodorkan negara-negara adidaya yang tersisa, yang terdiri dari Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, dan China.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump telah menarik diri dari kesepakatan nuklir tersebut pada Mei 2018. Keputusan itu diambil karena dia menilai langkah-langkah yang telah dilakukan Iran belum cukup ketat dan perjanjian itu hanya menguntungkan Teheran.
Keluarnya AS mendapat kecaman dari negara-negara lain yang tergabung dalam kesepakatan ini.
Perjanjian itu berlangsung sejak 2015, di mana Iran sepakat untuk membatasi program nuklirnya sebagai ganti dibukanya berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan atas mereka.