Bisnis.com, JAKARTA – Ikatan sejarah serta hubungan diplomatik yang berlangsung lama antara Indonesia dan Suriname membuat kedekatan kedua negara semakin erat. Upaya peningkatan hubungan dan kemitraan yang semakin intensif di berbagai sektor pun terus dijajaki. Untuk menggali strategi peningkatan kerja sama, Bisnis mewawancarai D. Supratikto, Duta Besar RI untuk Suriname merangkap Guyana dan Caribean Community. Berikut petikannya:
Bagaimana perkembangan hubungan bilateral Indonesia dan Suriname sejauh ini?
Kami melihat telah tercipta perkembangan hubungan bilateral yang semakin erat antara Indonesia dan Suriname. Hal itu dapat ditunjukkan dari kehadiran Presiden Suriname Bouterse di acara resepsi diplomatik pada 2015 dalam rangka peringatan Kemerdekaan RI.
Kehadiran ini baru terulang setelah 12 tahun kegiatan resepsi diplomatik yang diadakan oleh KBRI Paramaribo. Namun, yang paling signifikan adalah dukungan Suriname secara unilateral atas pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, jauh sebelum pemilihan di markas PBB pada Juni 2018.
Biasanya, Suriname sangat hati-hati dan baru saat terakhir dalam memberikan dukungan apalagi untuk suatu pencalonan yang sangat strategis dan prestisius seperti keanggotaan tidak tetap DK PBB.
Bagaimana hubungan diplomatik dengan Guyana?
Hubungan baik juga terjalin dengan Guyana, negara tetangga Suriname yang menjadi tugas rangkapan. Presiden Guyana D. Granger telah hadir dalam resepsi diplomatik dalam kerangka peringatan Kemerdekaan RI pada Oktober 2017.
Selain itu, pemerintah Guyana juga mendukung secara sukarela pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB pada Juni 2018.
Sebagai catatan khusus, Menlu RI Retno Marsudi sempat mengunjungi Georgetown untuk bertemu dengan Presiden D. Granger dan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Menlu C. Greenidge di Georgetown pada Mei 2018.
Ibu Menlu juga berkesempatan bertemu dengan Sekjen Caricom Amb. Irwin LaRocque. Indonesia baru saja terakreditasi pada organisasi Caricom pada Mei 2018.
Sebagai dubes, apa visi dan misi Anda untuk memperkuat hubungan bilateral?
Karena ada ikatan historis dengan keberadaan masyarakat keturunan Indonesia di Suriname, selama ini diplomasi kebudayaan menjadi titik perhatian dalam memperkuat hubungan Indonesia dan Suriname.
Oleh karena itu, visi dan misi diarahkan untuk lebih mengembangkan diplomasi ekonomi antara Indonesia dan Suriname. Dalam hal ini, KBRI telah memperkenalkan program tahunan baru yaitu Business Trip bagi pengusaha-pengusaha Suriname untuk menjajaki kerja sama bisnis di Indonesia sejak 2015.
KBRI juga mencoba menangkap peluang bisnis dari keanggotaan Suriname di Organisasi Konferensi Islam (OKI) melalui lembaga keuangannya Islamic Development Bank (IDB). Diplomasi ekonomi juga menjangkau Guyana, sebagai negara rangkapan penugasan.
Apakah ada tugas khusus yang dimanatkan pemerintah kepada Anda?
Tugas khusus yang diamanatkan adalah mengupayakan jangan sampai gerakan Kelompok Separatis Papua mendapatkan dukungan pemerintah di negara-negara akreditasi, karena pimpinan kelompok ini pernah datang ke Georgetown, Guyana.
Dari pendekatan-pendekatan yang berhasil kami lakukan, pemerintah Suriname dan Guyana telah berkomitmen untuk terus menjalin hubungan yang bersahabat dengan Indonesia. Mereka tidak mau mencampuri urusan domestik masing-masing.
Dengan terakreditasinya Indonesia di Caricom pada 2018, ini akan lebih memudahkan pendekatan ke negara-negara anggota Caricom lainnya. Ini karena kelompok tersebut juga coba memengaruhi lewat forum dialog EU-ACP, yaitu antara Uni Eropa dan negara-negara anggota OAU (Afrika) serta Caricom (Karibia).
(Anggota Caricom terdiri dari Suriname, Jamaika, Guyana, Haiti, Trinidad & Tobago, Bahamas, Barbados, Belize, Grenada, Antigua & Barbuda, Dominica, Montserrat, saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, dan Saint Vincent and the Grenadines.)
Apa saja isu perekonomian yang paling ditekankan pemerintah?
Melalui program Business Trip, KBRI telah memfasilitasi interaksi bisnis antara pengusaha Suriname dan pengusaha Indonesia. Sekarang ini dalam proses penjajakan kerja sama bisnis yang intensif antara Trustbank Amanah (bank syariah Suriname) dan salah satu bank swasta nasional Indonesia untuk mengembangkan perbankan syariah di Suriname.
Proses ini juga mengikutsertakan IDB melalui kerangka kerja sama tripartit melalui subsidiary-nya, yaitu Islamic Corparation Development (ICD). Sebagai catatan, Trustbank Amanah adalah satu-satunya bank syariah dan dimiliki para pengusaha keturunan Indonesia.
Dalam rangka fasilitasi kontak bisnis, KBRI juga telah membuka kantor business center untuk menampung permintaan informasi mengenai peluang bisnis termasuk perusahaan yang dapat dihubungi di Indonesia.
Adakah peluang kerja sama agribisnis yang tengah dikembangkan?
Sebelumnya, KBRI juga telah mendorong proyek kerja sama di bidang peternakan dengan memanfaatkan reverse linkage progam IDB. Program tersebut telah diadopsi Bappenas dengan membuat peta kerja sama untuk proyek-proyek unggulan.
Dalam hal ini, BBIB Singosari di bawah Kementerian Pertanian, telah diminta IDB membantu program peningkatan kualitas bibit ternak sapi di Suriname melalui inseminasi buatan.
Pada Agustus 2018, tim validasi dari BBIB Singosari dan Universitas Brawijaya akan ke Suriname untuk menguji kesiapan mitra kerjanya di Suriname.
Dalam proyek ini, Universitas Brawijaya juga akan menawarkan beasiswa khususnya kepada para pejabat di Kementerian Pertanian, Perikanan dan Peternakan Suriname. Keberhasilan dalam reverse linkage program nantinya diharapkan dapat menjadi pintu masuk untuk mengerjakan proyek-proyek infrastruktur di Suriname dengan pendanaan IDB.
Adakah harapan tertentu yang disampaikan pemerintah Suriname kepada RI?
Indonesia sangat mendapatkan perhatian dari pemerintah Suriname. Oleh karena itu, hubungan Indonesia dengan Suriname diharapkan dapat lebih ditingkatkan khususnya di bidang ekonomi.
Adapun kerja samanya dikoordinasikan melalui mekanisme konsultasi bilateral, yaitu sidang komisi bersama (SKB). SKB akan diadakan di Paramaribo pada pertengahan September 2018.
Bagaimana Anda melihat hubungan kerja sama kedua negara ke depannya?
Suriname mempunyai potensi kerja sama untuk dikembangkan ke depannya. Suriname, dengan luas lebih besar dari Pulau Jawa dan penduduk sekitar 500.000 jiwa, cukup kaya akan sumber daya alam seperti mineral dan hasil hutan.
Lebih dari 80% wilayah Suriname masih berupa hutan. Sektor-sektor yang dapat dikembangkan antara lain industri kayu & mebel, serta perkebunan kelapa sawit dengan iklim tropis dan luas lahan yang tersedia.
Saat ini, sudah terdapat restoran Indonesia yaitu Lenggang Indonesia yang merupakan usaha patungan antara pengusaha Indonesia dan Suriname.
Bagaimana strategi Anda untuk meningkatkan kerja sama perdagangan?
Perlu dipertimbangkan untuk ekspansi pasar ke negara-negara kawasan Karibia dengan potensi pasar sekitar 46 juta orang, yaitu penduduk di kawasan sebesar 16 juta orang dan turis asing sekitar 30 juta orang. Apalagi, Karibia sangat dikenal sebagai destinasi wisata laut di daerah kepulauan Amerika Tengah.
Potensi bisnis apa saja yang bisa digarap badan usaha atau pebisnis Indonesia di Suriname atau sebaliknya?
KBRI telah melakukan komunikasi dengan Kementerian PUPR dan kontraktor nasional untuk ikut serta dalam proyek-royek infrastruktur dengan pendanaan IDB di Suriname. Sekiranya nanti proyek-proyek sudah mulai tender, kontraktor nasional Indonesia akan diuntungkan karena salah satu persyaratan dalam tender internasional adalah diutamakan kontraktor dari negara-negara anggota OKI.
Adapun kontraktor nasional yang telah menunjukkan minatnya adalah PT Adhi Karya, PT Waskita Karya dan PT Wijaya Karya. Apabila berhasil mendapatkan kontrak pembangunan infrastruktur, kontraktor nasional Indonesia akan bermitra dengan kontraktor swasta Suriname, karena belum ada perusahaan kontraktor milik negara di Suriname.
Adakah harapan tertentu yang disampaikan pebisnis Indonesia kepada Anda?
Pengusaha mebel Indonesia pernah menyampaikan harapannya untuk dapat membuka pabrik furnitur di Suriname dengan ketersediaan kayu yang melimpah di Suriname. Mereka sedang menjajaki kerja sama dengan mitranya yang mempunyai latar belakang dari Indonesia.
Mereka berharap bisa mendapatkan izin, karena investasi kelapa sawit merupakan investasi jangka panjang. Pihak GAPKI berpesan agar Suriname menyiapkan informasi yang detail, khususnya mengenai penyediaan lahan dan regulasinya karena ini investasi jangka panjang.
Selain itu, dari beberapa kali pertemuan antara pengusaha dan pejabat pemerintah Suriname serta pengurus GAPKI, sepertinya anggota GAPKI tertarik berinvestasi kelapa sawit di Suriname.
Di bidang sosial, dan budaya apa saja kerja sama yang ingin Anda tingkatkan?
Yang sekarang menjadi perhatian KBRI adalah bagaimana menghidupkan kembali tradisi budaya yang hampir hilang, seperti musik keroncong dan tradisi kerajinan tangan.
Pada acara resepsi diplomatik telah ditampilkan grup keroncong untuk menggugah kembali rasa kecintaan musik keroncong, dan ke depan dapat diselenggarakan suatu festival keroncong.
Adapun untuk tradisi ukiran kayu dan anyaman, KBRI sedang menyelenggarakan pelatihan ukiran kayu dan anyaman dengan mendatangkan dua ahli dari Indonesia, dan bekerja sama dengan VHJI (Vereniging Herdenking Javaanse Immigratie).
Dengan adanya kerja sama tersebut, para peserta pelatihan diharapkan dapat mengembangkan keahliannya tidak sebatas hobi, tetapi menjadi modalitas untuk membangun industri kreatif.
Bagaimana strategi Anda untuk mempromosikan potensi wisata Indonesia di situ?
KBRI telah memperkenalkan program baru Family Pilgrim Trip, suatu program kunjungan wisata untuk mendorong wisatawan mancanegara dari Suriname, terutama untuk keturunan Indonesia.
Program ini sangat diapresiasi para peserta Family Trip. Mereka menikmati sekali selama 3 minggu perjalanan ke tempat-tempat bersejarah seperti museum kereta api Ambarawa. Museum ini mengangkut leluhur mereka dari desa ke pelabuhan Semarang, dan obyek-obyek wisata lain seperti Candi Borobudur, Keraton dan desa kerajinan perak di Kotagede.
Apa saja hal yang masih menjadi tantangan dalam hubungan bilateral ini?
Persoalannya ialah terkait dengan jarak geografis yang terlalu jauh. Misalnya, terkait dengan promosi perdagangan, perlu waktu sekitar 1,5—2 bulan untuk mengirimkan logistik dari Indonesia ke Suriname.
Tidak hanya proses pengirimannya yang lama, tetapi biaya pengirimannya juga mahal. Demikian halnya dengan promosi wisata. Meski sudah ada kerja sama dengan sebuah perusahaan penerbangan, tetap saja ongkos tiketnya cenderung lebih mahal untuk bepergian ke Indonesia.
BIODATA
Nama: D. Supratikto
Tempat/Tanggal Lahir: Yogyakarta, 23 September 1956
Riwayat Pendidikan:
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (1982)
Riwayat Karier:
- Duta Besar RI untuk Suriname merangkap Guyana dan Caribean Community (2014—Sekarang)
- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) DI Yogyakarta (2012)
- Sekretaris Ditjen Multilateral Kementerian Luar Negeri (2010)
- Kasubdit di Direktorat PPIH Kementerian Luar Negeri (2006)
- Kepala Bidang Ekonomi KBRI Tokyo (2002)
- Kepala Bidang Ekonomi KJRI Cape Town, Afrika Selatan (1995)
- Kepala Sub Bidag Ekonomi KBRI Helsinki, Finlandia (1988)
*) Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Kamis (23/8/2018)