Bisnis.com, JAKARTA - Melihat tingginya kasus meninggalnya jemaah haji di tanah suci karena serangan jantung, Zakky Kurniawan salah satu spesialis penyakit jantung di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah mengatakan, pentingnya penyaringan awal saat mulai di Tanah Air.
Menurutnya, bila calon jemaah haji dengan risiko tinggi penyakit jantung, harus sudah disiapkan jauh-jauh hari termasuk pendampingnya.
"Pendampingnya harus bersedia tidak menjalankan ibadah-ibadah sunnah karena harus mendampingi jemaah yang sakit, karena mereka harus benar-benar dipantau minum obatnya, makannya, dan istirahatnya," kata Zakky seperti dikutip dari laman resmi Kemenag, Sabtu (11/8/2018).
Zakky mengatakan, jemaah dengan risiko tinggi penyakit jantung bisa semakin buruk keadaanya karena banyak faktor. Misalnya, soal iklim. Jemaah yang sudah tua akan lebih sulit beradaptasi dengan iklim di Arab Saudi. Berbeda dengan jemaah yang masih muda lebih cepat menyesuaikan diri.
Contoh lain adalah soal turunnya daya tahan tubuh karena malas makan . "Jemaah lanjut usia biasanya malas makan bila menunya tidak cocok. Kalau malas makan, imunitasnya akan turun dan jemaah akan mudah sakit," tambahnya.
Zakky menyatakan, fasilitas kesehatan di KKHI Makkah cukup lengkap. Namun bila ada kasus lebih lanjut, jemaah langsung dirujuk k RS Arab Saudi.
Baca Juga
"Penanganan penyakit jantung harus berpacu dengan waktu. Tim medis di kloter bisa hubungi kami 24 jam. Bila perlu segera dirujuk, maka segera dilakukan," kata Zakky.
Lebih lanjut, dia mengingatkan, jemaah dengan penyakit jantung di Tanah Suci untuk memperhatikan kondisinya.
Kapuskes Haji Eka Jusuf Singka mengingatkan enam hal yang harus dipenuhi jemaah dengan risiko ringgi (risti) penyakit jantung, yaitu selalu makan obat tiap hari, bawa obat ke manapun pergi, jangan kelelahan, periksa ke dokter secara reguler, istirahat cukup, dan kalau sesak nafas, hentikan kegiatan dan istirahat.