Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan aktivis menilai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya memanggil kadernya, Muhammad Zainul Majdi, untuk mengklarifikasi dukungan Gubernur Nusa Tenggara Barat tersebut kepada Presiden Joko Widodo.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti berpandangan dukungan Zainul Majdi yang dinyatakan terbuka ke publik perlu diluruskan karena berbeda dengan sikap politik Demokrat. Bila dianggap mengganggu, Dewan Kehormatan Demokrat bisa menggelar pemeriksaaan kode etik.
Sebaliknya, kata Ray, bila dukungan kepada Jokowi diperkenankan sebagai sikap pribadi, langkah Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) bisa diteruskan. Menurut Ray, Demokrat pasti memiliki mekanisme internal untuk menyelesaikan masalah itu.
“Menurut saya soal dukungan TGB kepada Jokowi soal tak koordinasi saja. Ini harusnya dibicarakan,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (9/7/2018).
Momen klarifikasi itu sebenarnya dimungkinkan karena pada Senin siang, Majelis Tinggi Demokrat menggelar rapat di kediaman SBY. Lagipula,
TGB masih duduk di organ penggambilan keputusan strategis tertinggi Demokrat tersebut. Sayangnya, alumnus Universitas Al Azhar itu tidak diundang.
Baca Juga
“Sudah saya cek, saya tidak dapat undangannya. Makanya saya memilih datang ke sini,” ujar TGB saat berkunjung ke Redaksi Bisnis Indonesia, Senin siang.
Ray Rangkuti menilai tidak dipanggilnya TGB dalam rapat Majelis Tinggi sebagai bentuk ekspresi kekecewaan SBY.
Menurut pengamatannya, kekecewaan SBY biasanya tidak diungkapkan secara terbuka, tetapi dilakukan secara implisit seperti dalam kasus TGB.
“Sudah pahamlah kita dengan watak Pak SBY, tidak mengejutkan. Sudah patah hati duluan dia,” kata Ray.