Bisnis.com, JAKARTA -- Komisi III DPR mencurigai sosok Rohan yang berhasil menemui terdakwa kasus tindak pidana terorisme Aman Abdurrahman di sel penahanan pentolan Jamaah Asharut Daullah tersebut.
Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond Junaidi Mahesa mengaku bingung karena Rohan sebagai orang asing bisa menemui Aman di penjara. Apalagi, Aman masih menjalani proses peradilan sebagai terdakwa alias belum dijatuhi vonis.
“Penjara itu di bawah kekuasaan siapa? Ini NKRI. Ini aneh dan bisa kita curigai positf atau negatif,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Sementara itu, anggota Komisi III DPR Muhammad Nasir Djamil menyitir kembali pledoi Aman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Ketika itu, tuturnya, Aman mengaku dijanjikan Rohan bebas dari hukuman apabila mau berkompromi dengan pemerintah.
Bahkan, profesor yang disebut-sebut asal Singapura itu sempat menjanjikan Aman dapat keluar sejenak dari penjara untuk mengunjungi museum sejarah dan makan malam. Namun, ajakan-ajakan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Aman.
“Agak unik menurut saya karena Rohan bisa sampaikan hal itu,” ujarnya.
Menanggapi pertanyaan itu, Kepala BNPT Komjen Pol. Suhardi Alius juga mengaku tidak mengetahui sosok Rohan dan pertemuannya dengan Aman. Menurut dia, Aman belum menjadi subyek deradikalisasi BNPT karena masih berstatus terdakwa.
“[Soal Rohan] ini jadi catatan kami. Soalnya ada pertemuan ada menjanjikan juga,” ucapnya.
Sementara itu, kuasa hukum bos teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daullah (JAD) Asrudin Hatjani juga mengklaim tidak mengenal sosok Rohan. Nama Rohan baru diketahuinya setelah Aman membacakan pledoi di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (Jaksel).
Pada pembacaan pleidoi tersebut, Aman sempat menyebutkan ditemui Rohan sebanyak tiga kali di Rutan Mako Brimob. Namun, Asrudin pun tidak mengetahui pasti bagaimana cara Rohan masuk dan menemui Aman di Rutan Mako Brimob.
"Waktu dibacakan pleidoi itu, nama Rohan itu sempat tiga kali menemui dirinya di tahanan. Tetapi, saya tidak tahu dengan pasti bagaimana dia bisa menemui Pak Aman Abdurrahman," ungkapnya.
Asrudin menduga pertemuan antara Rohan dan Aman di Rutan Mako Brimob difasilitasi oleh pihak keluarga, sehingga tidak ada yang mencurigai pertemuan tersebut. Dia juga menduga pada pertemuan ketiga antara kliennya dengan Rohan itu mulai dibahas mengenai tawaran pembebasan untuk Aman jika mau bekerja sama dengan pemerintah.
"Saya juga tidak tahu dengan pasti ya, tetapi yang jelas pada pertemuan ketiga itu disebut Pak Aman ada tawaran untuk bekerja sama jika ingin dibebaskan," ujarnya.
Kendati demikian, menurut Asrudin, kliennya tetap menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah. Aman disebut sudah siap menerima ganjaran apapun atas tuduhan pemerintah kepada dirinya.
"Pak Aman tetap menolak sampai pertemuan ketiga itu," tuturnya.
Sebelumnya, Aman mengungkapkan pada pertemuan yang ketiga sekitar pukul 17.00 WIB, ada seseorang keturunan negara Srilanka yang bekerja untuk Pemerintah Singapura dan Indonesia. Pada pertemuan ketiga itu, seseorang bernama Rohan tersebut berjanji akan membebaskannya asal mau berkompromi dengan pemerintah.
"Dia bilang kalau saya tidak mau kompromi, maka saya akan dipenjara seumur hidup. Lalu saya bilang tidak mau berkompromi dengan pemerintah. Saya insyallah akan keluar dari penjara berupa mayat sebagai syahid atau keluar dalam keadaan hidup sebagai pemenang," tuturnya saat membacakan pleidoi di PN Jaksel.
Selain itu, Aman mengakui dirinya sempat diajak berjalan-jalan ke Museum Nasional hingga diajak malam malam di luar Rutan Mako Brimob oleh Rohan. Tetapi, ajakan itu tetap ditolak oleh Aman.
"Saya bilang tetap tidak mau," katanya.